Rabu, 14 Oktober 2009

Say No To Love


“Say No To Love 4ever and Ever” motto hidup seorang Shifa dan entah kapan akan dia akhiri. Baginya makhluk cowok itu bajingan dan gak tau diri, taunya nyakitin hati cewek aja. Dari jaman SMP Shifa udah kenal dengan yang namanya pacaran dan pernah suatu kali mantannya membuat dia marah besar dan membenci apa yang namanya cinta.

“An, kamu pernah gak sih hargain aku dan perasaanku?”, “Shifa, kamu yang gak pernah mau dengarin aku, kamu itu kenapa sih dah juga aku gak suka lagi ama kamu tapi kamu ngotot banget ama aku,” Shifa hampir saja meneteskan air mata ketika mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Anton, “Dengar yah, suatu saat matamu akan terbuka melihat apa yang sebenarnya telah terjadi,” setelah itu Shifa pergi meninggalkan Anton tanpa mau mendengar apa pun lagi. “Oh Tuhan kenapa dia berubah?” batin Shifa. Mereka udah lama putus dan Shifa udah ada yang punya begitu juga dengan Anton, tapi sayang Sasa, cewek Anton sekarang sensi luar biasa terhadap Shifa dan berusaha membuat Anton dan Shifa musuhan dan berantam terus.

“An, lihat tuh Shifa! Dia selalu aja ganggu hubungan kita,” ternyata Sasa yang sudah merusak hubungan antara Shifa dan Anton selama ini, “Kamu tenang aja sayang, aku akan ngomong langsung ama Shifa biar dia gak macam-macam,” Anton lebih percaya apa yang dikatakan oleh Sasa dibandingkan Shifa.

“Shifa, kamu kok jahat banget sih. Kenapa kamu ganggu Sasa, aku kan dah bilang jangan ganggu aku dengan dia. Aku gak suka sama kamu lagi, kamu harus ngerti dong!” bagai disambar petir di siang bolong Shifa kaget banget mendengar perkataan Anton, “Dengar juga Tuan Anton! Aku gak ganggu Sasa, lagian kamu juga tau kan aku itu udah punya cowok juga. Aku juga gak suka sama kamu lagi, saat ini kamu itu musuh bagiku!” balas Shifa dengan sengitnya. “Ok, kita jalan sendiri, jangan ganggu aku!” ujar Anton, “Siapa takut. Kita urus masalah masing-masing dan ingat juga aku gak mau ada komunikasi diantara kita,” Anton gak nyangka kalau Shifa akan berkata seperti itu tapi apa mau dikata Shifa langsung bergegas meninggalkannya.

Shifa, muak dengan semua apa yang dia alami. Sasa sering mengganggunya dan juga Anton masih menyalahkannya, “Fa, kamu bisa kan gak ganggu aku dan Sasa?” “An, aku gak pernah ganggu kalian so pliz jangan ganggu hidupku lagi. Bye…!” tanpa menunggu jawaban Anton, Shifa langsung memutuskan telepon dan membating teleponnnya. Hati Shifa hancurnya minta ampun dengan semua perlakuan Anton dan Sasa, setiap saat Sasa selalu berusaha membuat Shifa marah di sekolah. “Eh tau gak, nanti malam Anton mau ajak aku makan malam lho!” Sasa berusaha memanas-manasi hati Shifa, “Oh yah, asyik dong!” Nitha yang sama sekali Shifa gak kenal ikut-ikutan membuat Shifa kesal “Kok dia gak bereaksi?” bisik Bella pada Sasa, “Tunggu bentar lagi!” Sasa mulai kesal karna Shifa gak kepancing, “Sasa… nih telepon dari Anton, angkat dong!” Nitha mulai mencari akal lain untuk membuat Shifa kesal, “Halo Sayang! Ada apa? Kangen yah?” entah benar atau gak yang pasti Shifa berusaha sabar menghadapi mereka, “Tenang Sayang, nanti pulang sekolah kita ketemu di tempat biasa yah!” sambung Sasa dan tanpa Sasa sadari HP yang dia pegang tiba-tiba berdering dan kontan wajahnya memerah tapi yang namanya Sasa gak mau malu gitu aja, “Duh Nith, senang banget entar aku mau ketemu ama Anton di tempat biasa,” “Oh yah!” Nitha juga merasa malu karena ketauan bohong oleh Shifa kalau yang telepon tadi itu bohongan, “Mau bohong aja gak mikir,” batin Shifa.

Sesampainya di sekolah Franky, cowok Shifa ternyata udah datang duluan, “Hai!” sapanya “Hai juga Bang!” balas Shifa, “Cieh….” Sorak teman-teman Franky, “Kok muka kamu kusut gitu? Ada apa?” tanya Franky, “Gak kenapa-napa kok, tadi malam kurang tidur,” Shifa berusaha menutupi apa yang telah terjadi, “Aku antar ke kelas kamu yah!” hanya anggukan saja yang bisa Shifa berikan sebagai jawaban. Ketika mereka jalan ternyata Sasa melihat dan hatinya tambah panas aja melihat Shifa apalagi ketika dengar sorakan teman-teman Franky, “Gandeng dong Shifanya, entar ada yang nyamber lagi,” “Ikh, gitu aja bangga banget dia, pengen banget aku buat dia tambah sakit hati dan kena marah Anton lagi,” ujar Sasa, “Lagian ngapain juga Franky suka ama cewek kayak Shifa,” tambah Nitha. Franky, cowok Shifa sejak kelas 2 SMP sampai sekarang, dia kakak kelas Shifa. “Aku diantar sampai sini aja deh, entar lagi kan bel masuk kelas Bang!” “Benar nih?” “Iya benar. Aku gak apa-apa kok,” “Yah udah deh, sampai ketemu nanti yah!” akhirnya Franky ngalah dan gak ngantar Shifa sampai depan kelasnya. Beberapa bulan setelah duduk di kelas 2 SMA ternyata hati Shifa makin hancur saja dengan semua perbuatan Anton dan Sasa. Tertekan batin dan menangis. “Tuhan, kenapa aku seperti ini?” batinnya. Shifa yang dulunya benci cinta makin menjadi-jadi benci pada cinta sampai-sampai dia mengambil keputusan yang paling menyakitkan baginya apalagi bagi Franky, dia mutusin Franky.

Maafin aku Bang ternyata di hatiku tak ada cinta buat Abang. Aku ingin sendiri dan ingin menyendiri. Abang gak salah apa-apa, hanya saja hati ini gak bisa nerima cinta lagi. Carilah cewek yang pantas buat Abang….

Salam

Shifa

Franky gak ngeti kenapa tiba-tiba Shifa minta putus begitu saja padanya. “Kenapa Frank?” tanya Edo, “Nih kamu baca aja sendiri,” “What??? Shifa minta putus?” Edo gak percaya Shifa tega mutusin Franky, “Emang ada apa?’ tanya Edo, “Entah lah, aku juga gak ngerti kenapa dia berlaku seperti ini padaku,” jawab Franky

Kita bisa ngomong baik-baik kan Dek? Kamu tau kan aku sayang kamu dan gak mau kahilangan kamu. Nanti pulang sekolah kita ketemu dan ngobrol yah! Ku tunggu di gerbang sekolah…

Salam Sayang

Franky

Waktu terasa lama bagi Franky karna bel pulang gak juga berdentang, “Franky!” panggil Pak Beny dan Franky sama sekali tidak mendengarkannya dan malah asyik melamun, “Frank, Franky!” Edo mencoba memanggil Franky yang duduk di sampingnya “Franky!!!” kali ini suara Pak Beny lebih keras dan membuyarkan lamunan Franky, “Iya, saya Pak,” jawab Franky sedikit terkejut, “Coba kamu kerjakan soal nomor 2 sekarang juga!” perintah Pak Beny, “Kamu sih dari tadi melamun terus,” ucap Edo “Mampus aku Ed…” “Franky, cepat!!!” baru saja Franky akan melangkahkan kakinya maju ke depan kelas saat itu juga bel berdentang, “Gak akan pulang sebelum kamu selesaikan soal itu,” Pak Beny seolah tau apa yang ada di hati Franky, “Iya Pak!” jawab Franky gontai dan anak-anak yang lain mulai gak tenang karna Pak Beny gak biasanya seperti ini, “Mampus deh, aku gak tau gimana ini,” batin Franky, “Bagaimana? Udah?” tanya Pak Beny, “Belum Pak, saya gak bisa,” jawab Franky sambil menunduk, “Ok kembali ke tempatmu sekarang. Ingat sekali lagi jangan melamun ketika belajar di mata pelajarn saya,” ujar Pak Beny yang terkenal dengan killer ditambah lagi dengan soal Matematikanya yang mematikan.

Ternyata tak ada harapan bagi Franky untuk memperbaiki hubungannya dengan Shifa, Shifa tetap pada pendiriannya, Shifa tetap ingin putus. “Dek, apa yang salah? Kita kan bisa perbaiki apa yang salah,” Franky tetap gak bisa terima permintaan Shifa, “Maafin aku Bang, tapi ini jauh lebih baik daripada nanti Abang sakit hati,” “Dek, plizz!!! Kalau aku salah aku minta maaf tapi jangan pergi dariku,” pinta Franky. Pedih, sakit yang Shifa rasakan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Franky. “Andai Abang tau kalau Abang itu bagitu baik bagiku tapi aku gak mau membuat Abang sakit hati kalau tau ternyata di hatiku tak ada lagi cinta,” batin Shifa. Akhirnya Franky terima juga permintaan Shifa, “Dek, gimana?” tanyanya “Maafin aku Bang ternyata aku gak bisa. Kita putus aja yah!” “Yah udah,” ucapnya dan mengulurkan tangan “Fa, kamu kenapa sih? Kok mutusin Bang Franky?” tanya Desy, “Entah lah Des, tau sendiri kan aku lagi seperti apa?” jawabku “Tapi kan gak gini juga lah yah Fa,” protes Desy, “Aku benci cinta Des, benci banget. Karna cinta aku menderita kayak gini, dan karna cinta juga aku merana seperti ini,” “Sampai kapan Fa? Kamu gak bisa terus-terusan seperti ini Fa?” “Entah lah yang pasti aku dah menghapus cinta dari hatiku dan aku gak mau kenal cinta,” “Mau jadi perawan tua?” “Aku gak takut Des, kalau itu jalan hidupku aku terima. Sampai kapan pun gak kan ada lagi cinta di hatiku,” “Terserah kamu Fa, aku mau kamu hilangkan trauma itu dari diri kamu”.

Entah sampai berapa tahun hati Shifa beku terhadap cinta dan gak mau kenal cinta. Dia asyik dengan puisi-puisinya dan juga cerpennya, “Fa, hobby amat nulis, mau jadi penulis?” tanya Andre, “Eh kamu Ndre, it’s me dan inilah duniaku,” jawab Shifa, “Semuanya kok tentang patah hati sih Fa?” tanyanya lagi, “Entah aku juga bingung,” jawab Shifa singkat “Fa, boleh nanya gak?” “Mau tanya apa?” “Kamu dah punya cowok?” “What? Cowok? Apa itu cowok?” “Fa, serius nih!” “Aku juga serius Ndre,” “Benci amat kayaknya ama cowok,” “Duh bisa gak kita gak bahas masalah cowok, pacaran dan sejenisnya?” “Gak mau bahas tapi kamu nulis tentang itu juga,” “Bawel amat sih! Dah akh malas bahasnya, aku mau keluar dulu!” “Fa, aku akan cari tau kenapa kamu seperti ini” ujar Andre, “Kamu gak akan pernah bisa tau kenapa aku seperti ini,” teriak Shifa dari jauh, “Sampai kapan aku akan seperti ini?” batin Shifa “Akh udahlah aku gak mau mikirin cinta lagi, cinta itu terlalu menyakitkan bagiku, aku gak mau sakit hati lagi, cukup udah semuanya ini,”

“Fa, kamu harus berubah dong masa mau benci cowok terus, semua cowok gak sama,” Andre berusaha meyakinkan Shifa tentang cowok, “Ndre, bisa gak sich diam, sekarang kamu bisa bilang gitu untuk meyakinkan aku tapi sayang aku gak percaya tetap aja dimana-mana cowok itu sama, udah itu yang aku tau,” “Fa, jangan gitu dong!” “Apa peduli kamu Ndre?” “Karna aku sayang kamu Fa!” ups Shifa kaget setengah mati dengar ucapan Andre barusan, “Apa?” tanya Shifa, “Aku Sayang Kamu Fa, be my lady!” “Oh no kamu pasti salah ngomong kan?” “Aku serius dari tahun lalu aku udah jatuh cinta ama kamu hanya saja aku gak tau harus berbuat apa melihat sikap dingin kamu terhadap cinta Fa,” “Selama ini kan kita sering banget berantam,” “Itu bentuk PDKT kayaknya,” “Gila kamu, udah akh jangan becanda mending kamu cari cewek yang bisa mencintai kamu,” “Aku udah nemuinnya dan itu adalah kamu,” “Jangan gila napa?” “Aku serius!” “Udah akh aku malas ngebahasnya, mending kamu gak usah ngegombal, aku tau siapa kamu. Kamu kan dah punya cewek ngapain masih bilang sayang ama aku?” “Fa, aku serius kamu bawel banget sih dan susah dibilangin,” “Kalau emang aku susah dibilangin ya udah kamu menjauh aja dari aku, gampang kan,” “Akh… kamu itu emang susah yah dibilanginnya,” “Udah akh aku banyak kerjaan sekarang, aku mau keluar dulu,” “Tapi Fa aku belum selesai ngomong ama kamu,” “Entar aja kita bahas oke…”

Trauma akan cinta ternyata tetap mengikuti setiap langkah Shifa dan entah kapan akan berakhir. “Fa, kamu kok jadi benci banget ama yang namanya cinta. Kamu selalu mencomblangi teman tapi napa untuk mencomblangi diri sendiri kamu gak bisa?” tanya Sasa “Duh bisa gak sih kita gak ngomongin masalah cinta???” ribet banget kalau udah ngomongin yang namanya cinta pasti mantul mulu gak pernah nyangkut dikit pun di hati Shifa.



Bersambung........

KENANGAN TERINDAH

Iseng-iseng aku ngebuka buku harianku selama masih SMA banyak cerita lucu dan menyenangkan salah satunya tentang “Perang Tetangga” antara aku dan Defris yang gak pernah berhenti karna setiap ketemu yang pasti aku dan dia berantam. “Eh…dasar Virus, napa mau ngelawan yah?” tantangku dan yang ditanya malah senyum-senyum aja. Entah kenapa kalau dia gak datang ada aja yang kurang karna aku gak punya teman berantam, “Vy, tumben kamu diam gak marah-marah ada apa ato dah baikan yah dengan Virusmu itu?” goda teman-temanku, “Sorry sampai kapanpun aku gak mau temanan ama orang kayak dia. Rugi banget kalau sempat aku baikan ama dia.” jawabku, “Vy, biasanya cinta itu tumbuh dari benci duluan makanya cinta itu disebut benar-benar cinta.” sahut yang lain, “Kayaknya gak ada untung dan rugi deh ngebahas ini ‘n apa gak ada topik lain yang mau dibahas selain ini.” aku mulai ngelak dari omongan mereka.

Besoknya dia datang, “Akhirnya musuh bebuyutanku datang juga hari ini.” batinku. Entah napa nih anak nyebelin banget karena dia dari tadi ngeliatin aku terus. “Eh…bayar OSIS kamu bulan ini cepat jangan lama” omelku “Dasar nenek sihir, nih mana kembaliannya?” dia balik sewot ama aku “Nih, ih nyebelin banget sih disini.” ucapku dan berlalu darinya. Setiap ketemu ada aja bahan pertengkaran antara aku dan dia. Entah sadar atau gak aku gak tau tiba-tiba dia baik banget ngomong ma aku n aku juga nanggapinnya baik gak seperti biasanya “Vy, aku pinjam catatan kamu dong!” pintanya, “Catatan apaan, kayaknya kamu dah tau kan kalau sehari ini aku gak ada di kelas, harusnya aku yang pinjam catatan kamu.” jawabku masih dengan kecuekanku “Yah gak apa-apa kan aku juga minjam mau lengkapin catatanku yang masih kurang, pinjam yah!” pintanya sekali lagi, “Yah udah nih tapi ingat bawa hari rabu, awas kalau gak dibawa kalau bisa sih entar kalau catatanku ada yang kurang tolong dilengkapin yah!” mau gak mau aku akhirnya ngasih catatanku dengan sedikit becanda “Untuk apa aku minjam kalau catatanku lengkap, aku pinjam yah and makasih banyak.” jawabnya, “Lagian tadi aku cuma becanda kok gak serius, oke aku duluan pulang yah see u Virus!” tanpa nunggu dia ngebales omonganku aku dah duluan kabur darinya “Dasar Nenek Sihir but kamu juga Virus untukku” batinnya.

“Lama banget sih Vy, ngapain aja tadi di kelas ato jangan-jangan kamu dah baikan yah ma Defris?” lagi-lagi teman-temanku ini nganggap yang lain “Udah akh, lagian kenapa sih nanggapinnya gitu aku kan dah pernah bilang gak bakalan pernah damai dengan dia so gak ada alasan untuk baikan dengan seorang Defris Meong.”jawabku santai, “Vy, tuh musuhmu yang kamu……..” ujar Dewi, “Wi, please yah jangan bilang itu lagi aku mau muntah ngedengernya,” aku langsung pergi dengan rasa kesal karma teman-teman aku ini gak ada yang mau ngerti tentang apa yang terjadi ama aku dan Defris. “Vy, tunggu dulu! Jangan marah dong, aku kan cuma becanda!!!” ujar Dewi “Vy, jangan marah dong entar cepat tua”sahut Elida “Aku gak marah, aku cuma kesal aja dibilangin gituan lagian aku kan dah pernah bilang aku gak akan pernah damai dengan dia” akhirnya aku nungguin mereka juga “Btw, jadi kan ngantin sekarang???” ucap Moria “Boleh juga kebetulan dah lapar nih” sahut Elida. Dah nyampe di WarGan alias Warung Gantung and entah napa dinamain gituan suasana yang tadi gak terlalu ribut jadi ribut banget maklum aku dan teman-temanku ini ribut banget ada aja hal lucu yang bakalan diceritain biar suasana rame. “Da, kamu BimBel gak sekarang?” tanyaku “Iya aku BimBel emang kamu gak?” yang ditanya malah balik nanya “Pengen sih tapi aku malas, lihat nanti aja sapa tahu aku jadi datang BimBel.”jawabku. Dah pesanan datang semua sibuk dengan makanannya masing-masing, “Btw kita sebenarnya ngerugiin banget kalo masuk kantin.” celetuk Moria, “Kok bisa, emang rugi dibagian mananya?” tanya Ani “Aku suka banget kecap, Elida n Kristin saos terus Elvy suka sambalnya dan yang pasti semuanya nambahin ini semua kan.” papar moria “Iya juga yah, eh harusnya kalian bayar dua kali lipat karma dah ngerugiinnih.” sambung Dewi disambut tawa yang laen “Eh…Miss Tafus lewat tuh, godaan yok!!!” sifat usil yang kami miliki pun tumbuh gitu lihat Devy dan Salomo lewat “Devy!!! Tapus!!!” tanpa aba-aba kami barengan manggil Devy “Eh Ijong!!” serunya gak mau kalah. “Kasihan dia masa di depan Salomo kita panggil gituan” ujar Ani. Tiba-tiba HP Ani bunyi dan yang pasti semua dah tau siapa yang nelpon, “Pasti si Brimob Tobali iya kan” ternyata tebakan Dewi dan yang lain benar, “Bisa-bisa entar kamu dinikahin cepat-cepat sebelum waktunya dan waktu kita ngadain reuni angkatan I kamu dah bawa anak padahal yang laen bisa-bisa pacar pun belum punya” sambung Elida, “Kalian ngomong apaan sih?” Ani gak tau lagi harus jawab apa karma omongan yang lain, “Lida, pikiran kamu jauh juga yah kesana” aku pun mulai buka bicara setelah dari tadi digodain. “Udah akh ngapain ngomongin ini lagi mending lanjutin makan” sambung Kristin, “Eh Vy tuh siapa yang lewat???” lagi-lagi aku digodain ama mereka “Oh…itu kan Virus yang menyebalkan di kelas.” jawabku seadanya.

Bentar lagi ujian semester ganjil, entah napa aku malas banget belajar dan musuhku ini mulai ngegodain aku lagi. “Vy, entar aku minta jawaban dari kamu yah, aku gak belajar masalahnya” entah dari mana dia dapat ide konyol gituan. “Gak usah ngejek Def, orang bodoh dimana-mana bakalan tetap bodoh. Lagian masa orang sepintar kamu minta jawaban ama orang bodoh like me.” aku benar-benar gak ngerti jalan pikirannya dan dia kayaknya berubah. Seminggu waktu yang harus aku jalani untuk ngikutin ujian dan yang pastinya aku dah yakin banget kalau nilai ekonomiku jelek, “Vy, gimana kira-kira dapat nilai bagus gak?” tanya Nixon, “Tanpa diumumin juga aku dah yakin kalau aku bakalan dapat nilai merah dan remedial untuk ekonomi” jawabku “Tapi sama aja kok ama aku, aku dapat nilai bagus untuk ekonomi dan merah untuk bahasa Inggris,” ucapnya “Iya Vy, kamu sih enak pintar bahasa Inggris gak seperti aku dah gak ngerti bahasa Inggris dan ekonomi” sambung Kasana “Aku gak pintar kok, lagian siapa juga yang bilang aku pintar untuk pelajaran itu.” balasku “Vy, kamu kan master bahasa Inggris dan juga Asistennya Bu AF so dah deh kamu emang pintar kok.” entah darimana tiba-tiba Defris nongol gitu aja dan ikut-ikutan ngomong.

Hari ini pembagian raport untuk semester ganjil. “Aku pasti gak masuk lima bahkan sepuluh besar lagi deh kayaknya” ucapku pada teman-temanku, “Kamu pasti masuk lah lagian siapa lagi yang masuk sepuluh besar kalau bukan kalian ini,” sahut Tetty. “Eh dah bel tuh baris yok!”ajak Moria “Eh maju ke depan dong biar aku aja yang baris di belakang.” perintahku ama temanku yang laen, “Dah deh calon-calon juara aja yang baris di depan.” protes Nixon “Eh Virus sana ke depan entar nama kamu pasti dipanggil sebagai juara kelas,” entah dapat keberanian darimana aku bisa ngomong gituan ama Defris. Setelah juara-juara kelas kelas XII IPA dipanggil sekarang giliran jurusan IPS. Dan yang menduduki juara pertama masih tetap dipegang oleh Devy dan Elida buktiin kalau dia bisa kembali berada di posisi dua setelah semester lalu turun satu angka. Dan yang bikin aku kaget setengah mati adalah waktu juara tiga dipanggil dan itu adalah aku sendiri. “ Kok bukan kamu sih Def?” aku kecewa ama dia karna dia gak masuk tiga besar “Udahlah sana maju ke depan n selamat yah!” jawabnya dan masih sempat kulihat ada segurat rasa kecewa dan sedih dalam dirinya. Setelah di kelas, aku dan dua temanku yang menduduki tiga besar dikelilingi ama yang lain untuk kasih ucapan selamat dan dia juga, “Vy, selamat yah kamu emang pintar.” ujarnya sembari menjabat tanganku, “Harusnya kamu yang mendapat penghargaan ini bukan aku Def, kamu kenapa sih?” aku benar-benar bingung akan apa yang aku peroleh saat ini, “Udahlah kamu pantas kok dapetinnya,” ucapnya, “Aku harap semester depan kamu ada di tiga besar” aku jadi bingung kenapa kok tiba-tiba aku baik padanya bukannya seharusnya aku senag karna dah bisa ngalahin dia dan bakalan jadi saingan di kelas tapi ko……….. Satu hal lagi yang sulit aku terima karna dia ada di posisi delapan padahal aku kira dia ada di posisi empat, “Def!!!” panggilku, “Ada apa?” tanyanya “Kok nilai kamu hancur semua sih?” aku malah balik nanya padanya “Aku gak tau, lagian kamu napa sih gak percaya? Kamu dah lihat sendiri kan raport aku lagian ngapain sewot bukannya kita lagi musuhan?” ya ampun aku baru sadar kalau aku merhatiin dia sampai sedetail gitu padahal aku dan dia kan lagi musuhan. “Tapi yang pasti kamu yang cocok nempatin posisi tiga besar bukannya aku, lagian ngapain aku merhatiin kamu aku kan cuma bilang kalau kamu yang lebih cocok nempatin posisi tiga besar” aku berusaha nutupin perasaanku saat ini dan dia hanya tersenyum aja “Btw, thank’s yah but maafin kalau aku punya salah ama kamu kan entar lagi Natal dan Tahun Baru so harus saling memaafkan” ujarnya sebelum aku ngejawab temanku yang lain udah godain aku lagi “Vy, kamu kejam juga yah masa darlingmu kamu jatuhin jauh banget mending satu angka ini sampai lima angka dan kamu dah berhasil nempatin posisinya salut deh buat kamu tapi tetap aja kamu kejam banget” lagi-lagi temen-temenku ngegodain aku dan dia. “Def, sabar aja lagian juga orang yang kamu saying kok yang ngejatuhin kamu bukan orang lain keberhasilan kamu juga keberhasilan dia gitu juga sebaliknya.” sambar Dedy “Eh… Met Natal and Tahun Baru aja yah Vy, kalau dah masuk sekolah kita semua main ke rumah kamu yah!!” pinta teman-temanku “Yah deh entar semuanya main ke rumah aku,” aku sih setuju-setuju aja karna emang dah kebiasaan tiap tahun mereka datang main ke rumah di awal masuk sekolah setelah liburan apalagi setelah Tahun Baru.

Akhirnya sebulan lewat juga dan yang pasti masuk sekolah, aku ketemu lagi dengan teman-temanku dan entah kenapa aku merasa merindukan sosok Defris walau dia musuhku namun ada rindu untuknya. Aku sengaja datang agak telat dikit dari biasanya. Suasana kelasku udah rame banget gak seperti biasanya jam segini belum ada yang datang. “Hey Vy!!! Met Tahun Baru yah friend!!!” ujar Devy dan disambung lagi aku harus menjabat teman-temanku yang lain. Aku segera menuju bangkuku dan dibelakang dia dah senyum-senyum ngeliatin aku tapi aku gak peduli tapi jauh dalam lubuk hatiku aku ingin minta maaf karana selama ini aku dah bikin dia kesal dengan tingkah konyolku. “Toper, Met Tahun Baru yah!!!” ucapku pada Kristoper yang memang duduk tepat di belakangku “Sama-sama, maafin kalau ada salah yah!” balasnya dan entah keberanian dari mana aku mengulurkan tanganku, “Met Tahun Baru.” ujarku dengan sedikit cuek dan dia membalas “Sama-sama maafin aku juga yah karna sering membuat kamu kesal.” “Iya, sebelum kamu minta maaf aku udah maafin kok dan mudah-mudahan kita bisa berteman gak berantam lagi seperti tahun kemarin.” Ya ampun aku kok jadi gini tapi never mind damai itu kan indah malah sepertinya aku gak akan pernah lagi memusuhinya.

Akhirnya aku memang benar-benar berteman dengannya malah makin akrab, terkadang dia curhat tentang pacarnya padaku. Kadang rasa cemburu membakar hatiku namun aku gak boleh lagi menaruh hati padanya, terkadang aku bingung dengan kekompakan kami dan sebuah pertanyaan aneh akan muncul dibenakku dan sering ku katakana padanya bahkan pada temanku. “Def, kalau kita dekat gini kadang aku nanya ama diriku sendiri kapan kita berantam lagi kayak dulu.” “Iya juga yah padahal dulu kita gak pernah akur seperti ini. Malah sering aku membuatmu marah bahkan sampai nangis.” Ternyata dia juga menyadari perubahan yang kini terjadi diantara kami. Tapi teman-temanku salah sangka. “Vy, kamu memang munafik,” ucap Nixon “Kok, kamu bilang gitu aku salah apa sampai kamu bialng gitu?” tanyaku heran “Dulu aja katanya gak mau dekat dengan Defris eh gak taunya malah lebih dari sekedar teman. Aduh Itoku kamu ini kenapa?” sambungnya, “Nix, aku gak munafik aku ama Defris Cuma teman gak lebih dan gak kurang dari sebatas teman.” jawabku dan berlalu dari hadapannya, aku sengaka menghindar dan gak tau napa ucapan Nixon barusan selalu ada di pikiranku. Ku akui aku pernah suka dia dan dia juga tapi itu dulu sekarang aku gak tau gimana kelanjutannya. “Vy, kamu memang dah jadian yah dengan Defris?” tanya Elida “Gak kok, cuma teman aja emang kenapa?” aku benar-benar bingung karna hampir semua teman-temanku menanyakan hal yang sama “Kok gak pernah perang lagi malah makin kompak.” sambung yang lain “Maklum udah bertobat gak pengen perang lagi, lagian entar lagi juga udah mau lulus masa harus musuhan terus” ucapku. Entah dapat gossip darimana teman-temanku mengira aku jadian dengan Defris. “Def, aku kesal banget kalau udah di kelas,” ujarku suatu ketika “Emang kenapa?” tanyanya “Kamu gak tau kalau teman-teman di kelas nganggap kita itu pacaran padahal kan enggak” aku mulai sewot, “Udah diamin aja, entar juga mereka cape’ sendiri lagian juga kalau iya emang kenapa?” dasar emang nih anak santai banget nanggapinnya. “Kan kalau kedengaran ama pacar kamu bisa gawat, padahal kita cuma temanan aja” ucapku, “Iya “Teman Tapi Mesra”, lagian perasaan kita pernah sama tapi gak kesampaian karna kamu kemaren dah ada yang punya.” Ya ampun dia benar-benar nyebelin banget pake ngungkit masa lalu lagi.

Akhir-akhir ini aku benar-benar sibuk dengan Devy di OSIS, sebenarnya aku bukan bendahara tapi Ketua Sie. Mading tapi Devy selalu mengajakku untuk ngutip iuran OSIS alhasil untuk sekarang ini aku jarang di kelas maklum bentar lagi ujian dan semua harus udah beres. Kadang dalam sehari aku dan Devy hanya mengikuti dua mata pelajaran bahkan pernah gak ngikutin mata pelajaran. Hal ini kadang membuatku rindu padanya tapi apa boleh buat ini dah jadi tugas. Entah kenapa aku heran pada Defris hari ini dia tampak aneh banget, “Vy, sini bentar aja!!!” panggilnya, “Ada apa tumben manggil kayaknya lagi senang nih” aku mendekat padanya dan duduk disampingnya dan gurauan aneh dari teman-temanku mulai kedengaran, “Woi, malam minggu masih lama!!” “Def, nanget-nanget bah leleng dope ari sabtu” “Udah kamu gak usah dengerin mereka” sepertinya dia bisa membaca raut wajahku yang seketika berubah ingin membantah omongan teman-temanku. “Aku baru aja putus dengan pacarku” ucapnya bersemangat “Putus kok senang, bukannya sedih terus yang mutusin siapa?” aku gak ngerti dengan jalan pikirannya saat ini. “Yah gak apa-apa tapi kalau dah putus berarti aku bebas mau ngapain aja. Nih suratnya kalau kamu gak percaya” ujarnya, “Aku kesana dulu yah entar aku datang lagi tapi surat ini jangan sampai ada yang tahu, hanya kamu yang boleh tau” sebelum aku menjawab dia dah pergi. Aku mulai membaca surat dari pacarnya dan aku bisa ngerasain bagaimana sakitnya ditinggal orang yang disayang karna aku pernah merasakannya. “Udah dibaca???” tanpa kusadari dia dah ada di dekatku lagi aku hanya mengangguk saja tanpa memberi komentar apapun. “Dah yah aku masih ada kerjaan dengan Devy” ucapku dan berlalu darinya. Hal ini aku ceritakan pada Devy dan dia malah memberi komentar aneh “Vy, dia itu suka kamu, biar tau aja yah dia sering aku pergokin sering ngeliatin kamu waktu lagi belajar.” ucapnya “Udah akh, lagian mana mungkin dia suka aku,” aku mulai mengelak dari omongan Devy “Benar Vy, semua juga udah tau kalau Defris suka kamu” lanjutnya, aku gak tau lagi harus ngomong apa.

Entah karna apa hari ini aku benar-benar kesal minta ampun ama dia, padahal besok valentine day’s seharusnya aku baikan dengan dia tapi entah kenapa aku benar-benar marah padanya. Walau dia mencoba menenangkan aku namun kau gak perduli, “Vy, kok marah besok kan Valentine,” ucapnya “Gak ada Valentine-an dalam kamusku” ucapku ketus semakin dia mencoba membujukku semakin aku keras kepala belum lagi tadi aku bermasalah dengan Ricky dan aku pun musuhan dengan Ricky entah untuk berapa lama. Besoknya aku malas melangkahkan kaki menuju sekolah maklum hari ini Valentine Day’s, palingan dapat kartu dan coklat dari teman dekat bukan dari teman special. Karna dah satu setengah tahun ini aku menjalani hariku dengan kesendirian tanpa seorang kekasih. Hanya di bimbingan aku bisa senyum dan ketawa karna bisa ngejain tentor dengan gabungan ide usilku dan Elida sedangkan Dermiani dan Devy asyik dengan kekasihnya masing-masing gak seperti kami yang jomblo abis. Pulang sekolah langsung pulang ke rumah dah gitu langsung bimbel pulang bimbel langsung pulang ke rumah malamnya belajar. Lagian aku gak pengen pacaran sebelum cinta sejati datang menghampiri hatiku yang gersang (puitis amat). Besoknya aku gak sekolah karna semalam tiba-tiba aja mamaku sakit dan yang ada di rumah hanya aku, adik-adikku dan mamaku sedangkan bapak ada di lapangan. Aku benar-benar panic dan gak tau harus berbuat apa belum lagi dah tengah malam, aku hanya bisa nangis takut terjadi apa-apa dan adikku jaga gak tau harus berbuat apa akhirnya ku pupuskan untuk menelepon ke pastori, namun gak diangkat-angkat setelah ku coba sekali lagi akhirnya bisa dengan isak aku ceritakan pada Om Gembala apa yang terjadi gak lama kemudian Om dan tante Gembala datang ke rumah. Tangisku masih juga menjadi-jadi sampai Kak Tina dating untuk memeriksa keadaan mama dan mengatakan mama gak perlu dibawa ke rumah sakit, hatiku sedikit lega dan malam itu Om dan Tante Gembala nginap di rumah. Paginya mereka pulang dan setengah sadar aku gak tau kalau tadi Om dan tante dah pulang. Akhirnya aku gak sekolah hari ini karna aku harus merawat mamaku yang masih sakit yah nunggu bapak pulang dari lapangan so sebagai naka sulung akhirnya aku bertanggung jawab dalam hal ini. Karna semalan aku sulit tidur dan baru bisa tidur baru jam tengah 4 pagi, setelah adik-adikku pergi ke sekolah aku mulai ngerawat mama sampai Kak Tina dating lagi untuk memeriksa mama. Siangnya setelah adik-adikku pulang aku baru bisa istirahat dan gentian dengan mereka menjaga mama yang kondisinya masih lemah. Sebelum aku tidur hpku berbunyi ternyata ada sms yang masuk ternyata dari Jhon teman sebangku Defris dan dugaanku benar kalau yang sms adalah Defris, isinya cuma bilang met valentine dan nanya kok aku gak masuk sekolah. Pengen rasanya cepat-cepat ke sekolah n bisa nyindir soal isi smsnya ini dan aku mau tau apa dia mau ngaku.

Setelah dua hari gak masuk sekolaha khirnya aku masuk juga hari ini, dan yang pasti dah banyak tugas dan catatan yang menunggu aku di sekolah dan yang pasti bakalan nyebelin banget karna mau gak mau harus minjam catatan dari teman. Sampai di sekolah 1001 pertanyaan keluar dari teman-temanku, “Vy, kok dah dua hari ini gak sekolah. What happen with you???” Tanya yang satu, “Iya Vy, kelas jadi sepi karna gak ada yang perang.” ujar yang lain sampai akhirnya aku bingung mau jawab yang mana. Benar dugaanku kalau catatan udah numpuk dan aku gak tau harus gimana ngerjain semuanya dalam waktu yang singkat belum lagi entar aku dan Devy harus ngurusin urusan OSIS. Waktu nagih OSIS di kelas ini yang bakalan jadi kesempatanku untuk nyindir Defris, gak ada maksud apa-apa sih tapi yah sekedar ingatin dia kalau kami lagi musuhan tiga hari ini. “Jhon, kemaren ngirim sms yah???” aku pura-pura nanya Jhon tapi aku lirik dia yang juga merhatiin aku. Jhon yang dah tau maksudku Cuma senyum-senyum aja n ngejawab, “Gak, aku gak ngirim sms kok, lagian kemaren ada yang pinjam hpku n aku gak tau apa dia yang ngirim sms ama kamu Vy.” Ujarnya “Oh… berarti kemaren itu orang iseng yang gak ada kerjaan dong.” ucapku dan masih juga ngelirik dia yang agak-agak bingung tapi entah apa yang dia bingungkan atau dia gak nyangka aku bakalan ngebahas soal sms itu karna ini udah kedua kalinya dia sms aku, sms pertama dia minta agar aku ikutan les Akuntansi di sekolah padahal dia tau kalau aku itu dah ikutan bimbel. “OSIS kamu dua bulan atau mau dilunasin aja???” aku masih cuekin dia “Dua aja” jawabnya singkat. “Eh kemaren sms aku yah??? Ngapai juga ngesms ga penting aku mau sakit atau apa kayaknya bukan urusan kamu itu urusan aku,” ujarku ketus dan langsung pergi darinya sebelum dia menjawab “Sorry Def kalau sikapku tadi nyebelin” gumamku. Kerjaanku ma Devy akhirnya cepat juga selesai artinya aku bisa ngerjain PR dengan tenang dan nyatat. Dan entah angin apa yang bawa Defris sampai di dekatku. Aku pengen pergi tapi karna aku banyak ketinggalan pelajaran akhirnya mau gak mau aku tetap duduk dan harus bersampingan dengan dia. “Vy, kamu masih marah???” tanyanya, “Tanya ama diri sendiri,” jawabku dengan sedikit merhatiin dia “Maafin aku yah masa harus berantam lagi kan kemaren udah janaji gak bakalan berantam lagi kok sekarang jadi lain cerita.” paparnya dan mau gak mau lagi aku harus merhatiin dia. “Gimana yah???” aku pura-pura berpikir padahal aku gak pengen musuhin dia lagi coz…….. entahlah aku senang banget ama dia. “Aku udah maafin kamu dan kita gak bakalan pernag lagi kok.” Ujarku “Makasih yah, eh ngomong-ngomong kenapa gak sekolah dua hari ini?” akhirnya aku harus nunda ngejar pelajaran yang ketinggalan dan mulai kompak lagi dengan Defris “Mamaku sakit, gak ada yang jagain tau sendiri kan aku anak sulung so aku harus jagain mamaku,” ucapku ‘Terus gimana sekarang, dah sembuh makanya kamu dah bisa sekolah n emang Papa kamu kemana?” dia nanya lagi “Papaku sering ada di lapangan n kebetulan waktu mamaku sakit papaku gak di rumah n baru pulang kemaren so akhirnya aku bisa sekolah hari ini.” Ucapku “Vy, PMDK UNDIP dah dating amau ikutan gak??/” tba-tiba Devy dating “Ayo kamu ikutan!” ujarnya tanpa jawab apa-apa aku ikutin mereka ke kantor guru untuk daftar PMDK ke UNDIP. “Pak, PMDK dari UNDIP udah dating yah?” Tanya Devy ama Pak TS “Udah kalian mau mendaftar?” Pak TS balik nanya, “Iya Pak” jawabku “Loh, bukannya kamu udah daftar ke Bengkulu?” Tanya Pak TS lagi “Pak, aku ama Devy mau barengan,” jawabku singkat “Iya Pak” lanjut Devy, Kemaren kamu ambil ke Bengkulu tapi Devy gak ambil,” lanjut Pak TS “Kemaren aku pikir gak ada lagi yang datang, sebenarnya aku pengen ke UGM Pak atau dari UGM dah dating Pak?” uajrku “Belum ada, kita lihat saja nanti.” Jawab Pak TS “Siapa aja yang mau ikut?” lanjut Pak TS “Aku ama Elvy Pak, eh Def ikutan gak?” ujar Devy yang ditanya malah gelengin kepala padahal aku berharap dia ikut dan kami bisa barengan masuk kesana tapi aku harus ngubur jauh mimpiku ini. “Nilai raport gimana?” Tanya Pak TS akhirnya aku dan Devy ngasih tau prestasi kami. Devy sih enak rankingnya bagus and tetap ningkat sedangakn aku pernah sekali jatuh dari ranking lima turun satu angka ke ranking enam. Tapi yang bakalan dipertimbangkan adalah ranking yang terakhir untung aja aku dapat ranking tiga. “Kok gak ngambil Def?” tanyaku lirih dan berharap mendapat jawaban yang menyenangkan. “Gak akh, lagian nilaiku jeblok banget kan posisiku kami yang tempatin,” ucapnya sambil bercanda, “Gitu banget sih, iya deh semester ini aku ngalah bakalan balikin posisi kamu. Tapi kenapa gak ngambil nilai kamu kan bagus,” aku pengen banget dia katakan kalau dia akan ikut. “Malas lagian aku mau ambil AkPol Vy.” Jawaban yang sama sekali gak ingin aku dengar “Def, kok gak ambil PMDK,” tanpa kami sadari tiba-tiba Devy dan yang lainnya ikutan nimbrung “Aku mau ambil AkPol” jawabnya singkat. Akhirnya aku melangkah dengan malas ke kelas dan malas ikut-ikutan ngebahas PMDK. Aku pengen banget bisa masuk ke PTN di Jawa, entah karna apa keinginanku begitu besar untuk meninggalkan Sumatera menuju Jawa. Mungkin aku ingin meninggalkan ceritaku di tempat diamana aku mengenal apa itu sahabat, cinta, tangis, bahagia dan masih banyak lagi cerita yang aku dapat di sini walau bukan kampong halamanku namun aku merasa ini adalah kampong halamanku. “Def, aku gak yakin bisa masuk karna aku pernah gak masuk lima besar, kayaknya aku gak masuk atau aku batalin aja rencanaku ini,” entah kenapa aku pesimis banget tentang rencana ini “Vy, aku yakin kamu pasti masuk. Kamu harus percaya ama diri kamu sendiri kalau kamu bakalan masuk dan menjadi seorang mahasiswa” dia benar-benar menumbuhkan rasa percaya diri dalam hatiku tapi aku gak yakin. “Udah lah Vy, kamu pasti masuk aku yakin itu” ucapnya lagi. “Entah lah kita lihat aja nanti gimana hasilnya” ucapku. Entah kenapa aku selalu berharap Defris mau ikutan mendaftar PMDK denganku rasanya aku gak mau jauh darinya aku merasakan hal aneh dalam hatiku jika aku dekat dengannya, “Vy, aku mau ngomong sesuatu,” tanpa minta izin dariku dia langsung duduk di dekatku “Mau ngomong apa?” tanyaku “Tapi jangan marah yah!” pintanya aku hanya mengangguk saja, lama banget aku harus nunggu dia ngomong “Ayo Def, bilang kalau perasaanmu sama denganku saat ini” batinku, dia hanya menatapku dalam banget sampai aku gak sanggup untuk menatapnya “Aku……….. akh susah ngomongnya,” ujarnya “Kalau mau cerita, cerita aja kita kan teman” ucapku pelan “ Vy, aku………..” entah kenapa dia tampak bingung “Kamu kenapa? Lagi mau nyari cewek baru atau dah dapat cewek baru?” tanyaku “Aku dah dapat cewek yang aku sayangi tapi aku gak tau harus gimana ngomongnya” jawabanya “Bilang suka aja kok susah,” ujarku “Itu dia masalahnya, aku gak tau dia dah ada yang punya atau belum sekarang ini,” ucapnya serius “Yah Tanya aja apa kamu mau pendam perasaan kamu itu tanpa mau ngungkapinnya. Def, cinta terpendam itu sakit banget” saranku padanya, “Aku takut dia marah,” jawabnya “Terserah tapi ingat yang aku bilang tadi kalau kamu tetap pendam perasaan itu kamu gak bakalan tau perasaannya, btw dia kelas berapa?” aku mulai penasaran tentang sapa cewek yang sekarang ada di hatinya “Kelas XII juga Vy,” jawabnya “Jurusan IPA atau IPS?” tanyaku lagi “IPS,” jawabnya singkat “IPS berapa?” entah kenapa aku penasaran banget tentang tuh cewek “Entar juga kamu tau,” dia akhirnya gak mau jawab lagi “Ya udah gak apa-apa, eh aku pergi dulu yah biasa masuk kelas keluar kelas untuk OSIS” ucapku “OSIS aja terus yang diurusin aku kek sekali-kali” ucapnya “Apa??? Tadi ngomong apa?” aku gak tau apa aku salah dengar atau dia yang salah ngomong. “Gak kok, aku gak ngomong apa-apa” mungkin dia sadar akan apa yang barusan dia katakan. “Aku pergi dulu yah, entar aku pinjam catatan kamu.” tanpa nunggu jawabannya aku langsung pergi. “Dev, kita minta izin dulu entar malah diomelin,” ujarku “Tapi aku segan juga karna kita jarang di kelas” benar kata Devy aku dan dia memang jarang masuk karna tanggung jawab yang kami pegang, tapi akhirnya dengan sedikit khawatir kami memberanikan diri untuk minta izin, “Bu, kami berdua mau minta izin gak masuk sekarang,” akhirnya kata-kata itu keluar juga walau diikutin dengan suara menjengkelkan dari temanku terutama Defris “Kalian mau ngapain?” Tanya Bu T.Sib “Mau nagih OSIS Bu,” jawabku dan Devy barengan “Apa harus tiap hari?” kayaknya sulit untuk izin lagi, “Gak sih Bu, tapi masalahnya siswa sulit ngeluarin duit Bu. Kalau ada guru di kelas mudah Bu nagihnya,” ide Devy boleh juga dan memang sesuai dengan kenyataan kalau siswa sulit ngeluarin duit tapi begitu ada guru di kelas baru mereka mau. “Ya sudah tapi ingat jangan sampai lupa belajar hanya karna hal ini.” Akhirnya diizinin juga. Sebenarnya gak banyak kelas yang harus kami masuki cuma tinggal beberapa kelas lagi, sebelum bel pergantian pelajaran berikutnya alias pelajaran terakhir tugas selesai juga tapi dah malas masuk kelas, “Vy, kita ke kantin aja yah,” saran Devy, “Tapi Dev, pasti susah ke kantin sana karna tuh ada guru piket,” ujarku “Kita permisi aja gampanglah, kamu bawa pulpen kan entar kita bilang aja mau beli pulpen” ide Devy emang benar-benar gila dan akhirnya ide ini berhasil juga walau tadi dah diduga duluan ama gurunya kalau kami bakalan lama balik lagi. Sesampainya di kantin aku ceritain ama Devy tentang apa yang dah terjadi antara aku dan Defris dan tentang sifat Defris yang benar-benar berubah banget dan sering banget merhatiin aku bahkan dia selalu support aku kalau aku bakalan masuk UNDIP.

Aku ngerasa Defris tuh ngomongnya aneh banget dan entah untuk berapa kalinya aku harus dengar ini dari dia. “Aku memang suka dan sayang kamu tapi bukan berarti cinta. Aku benci cinta Def dan gak pengen kenal cinta lagi,” jawabku “Apa kamu ngenilai dari penampilan?” tanyanya “Aku gak ngelihat dari penampilan tapi dari hati, yang penting jujur, tanggung jawab ama omongan, gak plin-plan, tegas dan gak egois” jawabku lagi “Yang paling penting setia, tapi bukan setia selingkuh tiada akhir atau setiap tikungan ada,” “Tapi aku sayang kamu melebihi dari teman, aku ingin lebih dari teman. Kelas XI aku kehilangan cintamu namun kali ini aku gak mau kehilangan lagi,” ujarnya “Masa sih, lagian itu gak mungkin. Tau sendiri kan kita sering berantam pokoknya gak pernah damai dan aku pernah merebut kedudukan kamu di peringkat kedua.” Jawabku “Semua bisa diperbaiki Vy, aku sayang kamu dan aku yakin kalau kamu juga sayang aku kan!” “Def, please jangan bilang itu lagi,” dan aku gak bisa membohongi perasaanku kalau emang aku masih sayang dia.

Namun dia tetap menunggu sampai aku ucapkan satu kata cinta untuknya, namun sulit bagiku. Perasaan cinta yang kumiliki rasanya dah gak ada lagi untuk siapapun itu, aku gak mau sakit hati dan kecewa lagi bahkan sampai mengeluarkan air mata hanya karna sakit hati. Tapi gak mungkin juga sih kalo aku terus-terusan gini, aku kan harus bisa nerima cinta di hatiku. Dan mungkin aku akan terima perasaan Defris padaku tapi aku masih bingung apa dia serius atau cuma main-main aja seperti kemaren-kemaren waktu dia ngungkapin perasaannya padaku. Hari itu tepat tanggal 18 Maret 2006 dia mengingatkanku pada janjiku. “Vy, ingat janjimu hari Senin yah!” ucapnya dan aku pertama bingung aku ada janji apa ama dia, “Emang aku janji apa ama kamu???” tanyaku, “Masa lupa ato kamu pura-pura lupa. Kamu kan janji bakalan kasih jawaban ama aku,” dia mencoba mengingatkanku “Oh iya, aku hampir lupa.” jawabku dan entah dapat keberanian darimana aku mendekatinya dan berbisik padanya “Jawabannya iya Def!!!” ucapku dan dia hanya diam saja mungkin dia merasa aku salah ucap atau hanya sekedar bercanda atau malah dia yang salah dengar, “Apa???’ tanyanya untuk memastikan jawabanku “IYA, aku terima kamu,” ulangku sambil tersenyum dan dia masih tetap gak percaya dengan apa yang barusan aku ucapkan. “Def, aku duluan pulang yah coz aku dah ditungguin. Sampai ketemu hari Senin,” ujarku dan dia masih telihat terkejut dengan jawabanku. Sepanjang jalan pulang aku merasa senang bahkan bahagia banget hari ini, akhirnya aku bisa membuka hatiku untuk sebuah cinta yang selama ini begitu aku benci. “Vy, kamu kok kelihatannya lagi senang, ada apa nih???” Dewi dan yang lainnya merasa aneh dengan sikapku kali ini, “Gak kok, aku cuma lagi senang aja emang salah kalo aku senang hari ini,” aku gak tau harus bagaimana lagi menjawab mereka “Jangan-jangan kamu jadian lagi ama Defris,” tiba-tiba jantungku terasa berhenti saat Elida menyebutkan kata itu dan aku memilih diam saja daripada entar ketauan biarlah waktu juga yang bakalan memberitahu mereka bahwa aku dan Defris dah jadian. 18 Maret 2006, hari aku dan dia jadian, benar-benar diluar keinginanku padahal aku belum siap untuk menerima seseorang dihatiku namun akhirnya aku jatuh juga dalam perasaan yang memang dah lama ada untuk dia dan perasaan itu sempat terpendam, ternyata aku dan dia sama-sama memendam perasaan selama ini. Sampai di rumah juga aku masih senyum-senyum memikirkan apa yang baru saja aku alami hari ini. Dan segera kuambil buku harianku yang kini telah menjadi tempat curhatku. Rasanya aku ingin memutar waktu agar aku bisa bertemu dengan dia, saat aku bertemu dengannya dia bukan lagi sebagai teman biasa seperti temanku yang lain namun telah menjadi teman istimewa yang akan mengisi hari-hariku.

Akhirnya hari yang ku tunggu datang juga dan aku gak sabar untuk segera sampai di sekolah untuk bertemu dengannya. Ternyata dia dah ada di kelas. Saat pandnaganku beradu dengannya, aku hanya bisa tersenyum dan mungkin itu adalah senyum termanis untuknya. Tapi ternyata dia belum juga percaya pada omonganku sabtu kemarin. “Vy, coba bayangin masa aku ditolak ama cewek,” dia mulai memancingku untuk mengulangi bahwa aku terima dia, “Oh yah. Tapi masa sih kamu ditolak?” ucapku, “Iya bener aku ditolak Sabtu kemaren,” ujarnya lagi “Bukannya kamu diterima, kayaknya kamu gak ditolak tapi diterima,” ucapku “Kamu serius Vy???” dia benar-benar sulit mempercayai bahwa orang yang selama ini benci padanya kini telah menjadi bagian dari hidupnya, aku cuma mengangguk sambil tersenyum dan dia membalas senyumku. Mungkin aneh karna memang selama ini aku dan dia sering berantam kini telah jadi sepasang kekasih dan entah sampai kapan. Ketika aku keluar dari kelas dia masih bingung dan entah apa yang harus dia bingungkan bukankah aku udah jujur padanya tentang perasaanku. “Tumben gak sibuk dengan urusan OSIS biasanya jam segini dah sibuk,” gak taunya dia dah ada di dekatku. “Emang salah kalo aku ada di kelas hari ini, tapi kayaknya entar lagi juga bakalan sibuk lagi. Napa kamu mau ikutan juga?” jawabku, “Vy, kamu kok terima aku sih???” tanyanya, “Perasaanku yang jawab, perasaan gak bisa dibohongi Def. Lagian juga mang napa???” “Gak kok aku cuma pengen tau aja karna selama ini kita kan gak pernah akur.” Aku terdiam waktu dia bilang gitu dan memang selama ini aku dan dia gak pernah akur. “Iya tapi sekarang dah lain cerita kan. Kita gak kan berantam lagi tapi malah sebaliknya, mudah-mudahan kita gak pernah berantam lagi,” memang terasa aneh yang dulunya kayak kucing dan tikus yang gak pernah diam sebentar aja “Aku akan menyayangimu,” ucapnya dan baru kali ini aku lihat dia begitu serius terhadapku. “Beduaan terus gak pernah gak, jangan-jangan kalian udah jadian,” gak tahunya teman-temanku mulai curiga dengan kekompakan kami bedua “Emang salah???” aku mencoba menahan omonganku agar gak keceplosan saat ini aku masih takut kalau mereka tau yang sebenarnya. “Vy, kita dipanggil Pak Simamora. Kayaknya kerja lagi nih kita,” kebahagianku untuk menjalani hari dimana aku dah menjadi kekasih Defris harus aku simpan dulu karna aku harus ngejalani tanggung jawabku dengan Devy. “Mo nemanin gak???” aku berharap banget dia ikutan ama aku dan Devy, “Kayaknya gak usah Vy. Entar kita barengan yah pulangnya. Aku tungguin sampai kamu selesai ama Devy,” jawabnya “Vy, sebenarnya kalian itu dah baikan yah?” tanya Devy “Maksudmu aku ama Defris???” aku mencoba mencari kejelasan tentang siapa yang dia maksud “Iya kalian berdua, maksudmu siapa lagi,” ujarnya “Seperti yang kamu lihat, yah aku ama dia udah baikan, tapi kadang aku berpikir kalau udah dekat dengan dia entah kenapa di hatiku selalu muncul pertanyaan kapan kami berantam lagi seperti dulu atau sampai kapan aku dan dia kompak gini,” ku akui aku masih sering berpikir tentang semua yang dah berubah tanpa kusangka-sangka. “Vy, aku rasa kalian itu cocok dan serasi lagi apa salahnya kalau kalian lebih dari sekedar teman biasa,” jantungku terasa copot mendengar apa yang barusan Devy katakan, andai dia tahu kalau sebenarnya aku udah jadian dengan Defris, aku yakin dia pasti kaget banget apalagi teman-temanku yang lain karna yang selama ini mereka tahu aku ama Defris itu gak pernah akur kerjaan kami hanya berantam mau di luar kelas, dalam kelas bahkan sempat berantam di depan guru PPLT dan guru yang lainnya. Apa yah kira-kira tanggapan teman-temanku andai mereka tahu, apakah mereka akan mencela hubungan kami atau malah sebaliknya. “Hey, kok diam waktu aku bilang gituan. Jangan-jangan kalian udah jadian yah?” ternyata aku asyik dengan lamunan panjangku dan akh entahlah aku sendiri jadi bingung, “Gak kok, aku lagi akh udahlah. Sekarang kita kemana???” aku mencoba mengalihkan topik pembicaraan, aku belum sanggup jika teman-temanku tau yang sesungguhnya, biarlah waktu yang menjawab. “Aku benar-benar bingung banget apa yah yang terjadi nantinya” batinku

Aku senang banget karna kini dia ada menemani aku baik aku lagi sedih maupun senang, aku benar-benar senang banget tapi entah kenapa hatiku sering gundah dan selalu timbul pertanyaan apakah ini kan abadi ato gak akan bertahan lama. Akhirnya teman-temanku tahu juga tentang hubunganku dengan Defris, banyak yang gak percaya kalo ini terjadi tapi mereka gak banyak komentar and semua ngedukung hubungan kami berdua. “Def, Vy kalian jadian kok gak bilang-bilang sih!!!” aku hanya bisa tersenyum saja mendengarnya dan tiba-tiba ada yang nyeletuk “Berarti gak ada istilah “virus” lagi dong tapi kalian pasangan yang serasi kok,” “Istilah itu masih ada kok sampai kapanpun, dia akan tetap jadi virusku,” jawabku. Saat aku duduk sendirian di depan kelas tiba-tiba Nixon datang dan langsung ngomong kalau aku itu munafik, “Vy, kamu benar-benar munafik, katanya gak mau pacaran karna cowok itu brengsek eh gak taunya kamu malah jadian dengan orang yang selama ini kamu musuhi,” “Kamu boleh bilang aku munafik, tapi satu hal yang harus kamu tau aku juga gak yakin dengan hubungan ini. Aku ngerasa ini gak akan bertahan lama, tapi aku dan dia akan mencoba untuk saling mengerti.” “Vy, kamu masih ingat gak dulu kamu pernah bilang mendingan jadi perawan tua daripada pacaran dengan dia dan dia juga bilang gak mau pacaran dengan kamu,” tiba-tiba Dewi nyeletuk gitu aja tanpa aku sadari kedatangannya, “Iya aku masih ingat tapi gak dari hati, itu terucap spontanitas karna rasa benci untuknya dan kini rasa benci itu udah gak ada lagi. Lagian juga ngapain musuhan kan entar lagi kita bakalan pisah dan entah kapan bisa kumpul lagi seperti ini dan aku ingin ketika kita pisah aku gak punya seorang musuh pun,” jawabku “Akh udahlah ngapain ngebahas ini, mendingan ngebahas yang lain.” sambungku “Tuh kekasihmu datang,” ucap Dewi dan Nixon hampir berbarengan, “Hai Vy!!!” sapanya begitu duduk disampingku “Mentang-mentang baru jadian yang lain gak perlu disapa lagi yah,” entah kenapa mereka sering banget ngegodain aku dan Defris dari dulu “Halo semuanya!!!” ujar Defris dengan kekonyolannya, “Eh entar mau ngelanjut kemana?” akhirnya mereka berhenti juga menggodaku “Aku belum tau,” sahut Nixon “Kamu Def, mau barengan dengan Elvy terus yah,” ya ampun kenapa juga kata itu harus terucap dan ini juga yang aku takuti selama ini, “Elvy kan ikut PMDK nah aku gak, mungkin aku bakalan ambil AkPol ato AkMil nantinya” jawabnya santai “Ya udah ambil PMDK aja sapa tau kalian berdua masuk dan bakalan sama-sama terus dan gak bakalan pisah,” sambung yang lain dan dalam hati aku berharap dia mau ambil PMDK ke Universitas yang aku tuju tapi apa dia mau, “Gak mungkin karna nilaiku nurun terus gak pernah meningkat,” ucapnya “Biar aja dia yang perwakilan, iya kan Vy?” sambungnya dan aku benar-benar kecewa mendengarnya. “Aku ke kelas dulu yah, aku mau nyatat pelajaran yang ketinggalan selama ini,” aku terpaksa berbohong karna ingin rasanya nangis mengingat waktu yang singkat ini. “Aku temanin yah Vy!” ucapnya. “Def, aku gak yakin bakalan diterima,” ujarku “Vy, kamu harus percaya dong, please jangan pernah bilang gitu lagi. Aku yakin kamu pasti bisa,” dia memberiku semangat dan menumbuhkan percaya diriku. Dia jadi motivator bagiku, jujur aja aku gak yakin akan diterima tapi dia mencoba meyakinkan aku kalau aku bisa masuk... Hari-hari yang kujalani selama di Sekolah makin sibuk aja karna harus kerja keras di OSIS karna tinggal dalam hitungan hari aku akan meninggalkan sekolahku dan teman-temanku aku juga berpikir akankah aku juga akan berpisah dengan dia??? Kalau aku diterima di UNDIP yah ampun aku akan jauh dengan dia seandainya juga gak diterima aku gak akan lanjutin studyku di Sumatera tapi di Jawa... Akh semua terasa cepat berlalu ingin rasanya menghentikan waktu.

Dah mau dekat ujian akhir Defris sepertinya berubah entah udah berapa kali aku mergokin dia lagi bercanda tapi mesra banget ama Evy... Yah Tuhan ada apa ini??? Aku gak nyangka dia kayak gini di belakangku sebelum dia lihat aku dia mesra ama Evy waktu dia lihat aku, dia malah jaga jarak ama Evy. Sumpah aku kesal dan aku makin jarang ada di kelas, aku dan Devy makin nyibukin diri di OSIS dan ini yang jadi pelarianku. Aku makin kesal dengan tingkahnya tiap hari ada aja tingkahnya yang membuat aku marah dan jengkel banget. “Vy, kamu kenapa sih??? Sai holan na mutung bohim hasian???” “Tanya lah dirimu kenapa aku kayak gini. Kalau udah tau jawabannya gak usah lagi nanya yah!” jawabku ketus dan pergi dari hadapannya, “Kamu kenapa sih???” tanya “Udah akh aku banyak kerjaan, pikirin aja yang benar entar juga pasti tau kenapa aku seperti ini, oke!” jawabku lagi. “Vy, kenapa kok kayaknya lagi BT gitu?” tanya Devy, “Akh gak napa-napa kok aku masih biasa aja kok Dev, mungkin lagi mikir apa keterima PMDK atau gak,” aku berusa bohong pada Devy tapi ternyata Devy tau apa yang lagi aku pikirkan, “Kamu lagi mikirin masalah Defris yah??? Udah gak usah bohong Vy, ngaku aja!” “Yah aku lagi mikirin dia Dev, kamu tau kan apa yang ada di pikiranku karna kamu juga pernah merasakan hal yang sama dengan aku waktu itu,” “Iya Vy, aku tau. Udah lah dia itu emang kayak gitu pengen nyamber punya teman terus, gak ada nyadar-nyadarnya dia Vy,” “Iya aku tau tapi gila juga mereka. Waktu kita masuk kelas mereka jauh-jauhan waktu kita lagi di luar gila banget mereka mesra banget Dev. Aku kecewa Dev,” “Sabar aja Vy!” “Tapi aku memiliki batas kesabaran menghadapi semua ini Dev, aku gak yakin bisa awet dengan Defris sampai lulus nanti,”

Bersambung......

KASIH YANG TERBAGI

Sebenarnya aku dah lama banget kenal dia, mulai kelas I SMP tepatnya. Namun aku belum kenal dekat, wajahnya pun masih samar-samar, aku juga ‘gak pernah bertegur sapa dengan dia. Aku mulai kenal betul dengan wajahnya ketika aku melewatinya dan entah kenapa aku selalu memperhatikannya sampai dia benar-benar hilang dari pandanganku. “Ternyata dia orang sini.” gumamku. Sejak saat itu entah kenapa aku sering ngeliat dia di depan kelas, di barisan dan saat dia ngelintas dari depanku. Kebetulan juga aku kompak dengan adiknya yang masih duduk di kelas I tapi kompak dalam hal berantam tapi bukan berantam beneran.

Bersambung........

Lusa depan dah ujian Cawu II dan caranya beda dengan ujian sebelumnya, kelas I, II dan III bakalan digabung. “Vy, seperti ujian kemaren-kemaren kita duduk dekatan lagi yah!” ujar Desy “Itu udah pasti dong.”jawabku “Eh… udah bel tuh baris yok!” ajak Devy, tanpa nunggu jawaban akhirnya aku dan yang lainnya langsung menuju barisan. Dugaan teman-temanku benar kalau ujian kali ini bakalan digabung dan caranya benar-benar beda. “Apa yang sekelas bisa sebangku?” tanya Ester “Entahlah tapi kayaknya ‘gak bisa deh.”jawab Devy “Kalau gitu aku pengen sebangku ama Bang Imanuel aja,”gumamku sendiri “Vy, entar duduk ama siapa?” tanya Desy, “Aku belum tahu Des, lihat entar aja kalau kamu gimana?” jawabku “Sama aku juga belum tahu.” ujarnya.

Akhirnya ruang ujian dibagi dan seperti biasa aku berada di ruang I. “Duh gimana yah cara ngomongnya?” aku benar-benar bingung ‘gak tau mau berbuat apa. “Vy, dah dapat teman belum? tanya Devy, “Belum Dev, kamu gimana?” aku balik nanya ama dia “Tuh ama Kak Estheria.” jawabnya. Dia sih enak bisa duduk dengan The Best Of Girl Student di sekolah ini sedangkan aku masih bingung juga untuk ngomong ama orang yang pernah juga nyandang predikat sebagai The Best Of Boy Student ini. “Vy, ayo pulang! Kok dari tadi kamu diam terus?” tiba-tiba Desy buyarin lamunanku untuk menyapa Bang Iman, “Bentar dulu yah Des!” aku benar-benar nyuekin Desy “Ayo Vy kamu pasti bisa.” aku benar-benar bingung tapi... “Yah dia dah pulang.” tanpa sadar aku ngomel sendirian, “Vy, ini dah mau jam dua, ayo cepatan,” Desy benar-benar sewot dengan tingkahku “Ya udah, ayo jalan.” akhirnya keinginanku aku tunda sampai Senin. “Des, duduk dengan siapa hari Senin?” tanyaku “Entahlah,” jawabnya singkat “Sama aku juga belum tahu bakalan sebangku dengan siapa.” ujarku tanpa diminta. “Eh aku duluan yah atau kamu mau mampir dulu,” ujarku “Aku langsung pulang aja deh.” jawabnya “Oke, sampai ketemu hari Senin yah Des.” akhirnya aku dan dia harus berpisah.

Hari yang bakalan nguras otak tiba juga dan aku sengaja datang cepat ke sekolah, maklum belum nemuin teman sebangku. “Duh kok dia belum datang yah?” aku benar-benar berharap banget bisa sebangku dengan dia. Tapi ternyata aku harus menyimpan anganku untuk bisa sebangku dengannya coz dia ternyata di ruangan II, “Vy, kok kamu bengong ada apa sih sebenarnya?” Desy benar-benar ikutan bingung karma ulahku “Gak ada apa-apa kok.” Aku mencoba sembunyiin perasaanku saat ini. Akhirnya dengan langkah gontai ku masuki ruanganku dan duduk termenung, “Kakak dah punya teman sebangku belum?” tiba-tiba ada yang menyapaku dan gak taunya Destry adik kelasku “Belum emang kenapa?” lamunanku pun buyar seketika, “Aku boleh duduk disini gak Kak?” dia kembali nanya aku dan aku hanya mengangguk aja tanda setuju. Ujian kali ini benar-benar nguras otakku apalagi soal ujian matematika yang benar-benar membuat aku pusing banget dan seperti biasa aku pasrah dapet nilai pas-pasan dan pastinya aku dah bisa nebak angka 6 bakalan ngehias raportku lagi.

Ternyata selama ujian ada yang CinLok likes Fenny dengan Boy Indra dan Debora dengan Boy Chandra. ‘Gak tau kenapa aku iseng banget gangguin mereka apalagi Boy Chandra dan Debora. “Des, kita kerjain yah kamu yang tulis suratnya entar aku yang lipat kalau soal ngasihnya kamu aja deh karna aku gak berani,” usulku “Oke, kita kesana aja biar gak ada yang tau.” Desy ternyata sependapat denganku. Isi suratnya benar-benar gila banget sempat Debora tau aku dan Desy ngerjain dia. Dah selesai tugasku untuk ngelipat suratnya dah gitu aku dan Desy langsung nyari orang yang namanya Boy Chandra. Duh yang lebih gawat lagi surat itu dibaca ama anak cowok sekelasnya. “Des, gimana nih suratnya dibaca keras banget ama Frans” ujarku “Aku juga bingung Vy.” Desy ikut-ikutan bingung.

Anak-anak III1 mulai ngegodain Boy Chandra dengan Debora dan dari sini lah awal aku mulai dekat dengan Bang Imanuel. “Des, Debora kayaknya marah deh ama kita berdua,” ucapku “Iya Vy, tapi yah mau gimana lagi semuanya dah terjadi,” timpalnya. “Kita kesana aja yah, males nih disini.” ajakya. Ternyata hampir semua anak kelas III1 ada di luar kelas dan masih ngegodain Boy Chandra. “Des, gimana nih anak-anak III1 masih juga ngegodain Debora,” ujarku “Aku juga gak tau lagi harus gimana Vy,” kami berdua benar-benar bingung banget tapi apa boleh buat semua udah terjadi. “Kayaknya dah mau pulang deh Des, mending kita ke kelas aja dan siap-siap untuk pulang aku benar-benar lagi malas sekarang,” ucapku dan tanpa nunggu jawaban aku dan Desy langsung menuju kelas. Ketika kami melewati samping kelas III1 tiba-tiba Frans teriak “Hey kalian berdua, siapa yang mau ama The Best kami ini?” aku gak tau apa itu bercanda atau serius, aku ama Desy cuma senyum-senyum aja dan gak tau napa timbul lagi ide isengku untuk nitip salam ama Bang Imanuel. Sepanjang jalan menuju kelas aku mulai memikirkan niatku itu. “Des, hmmmmmm sampaikan salamku dong untuk Bang Imanuel,” pintaku “Apa??? Kamu serius Vy mau nitip salam ama dia atau kamu lagi bercanda?” Desy gak percaya ama yang barusan keluar dari mulutku tiba-tiba aku merasa bingung kenapa yah aku harus nitip salam ama dia, “Iya aku serius emang kenapa lagain kan cuma nitip salam doang. Eh… itu dia datang sampaikan yah aku mau ke kelas dulu,” tanpa memperdulikan sahabatku ini aku langsung masuk ke kelas. Aku mulai deg-degan menantikan Desy dah dia masuk ke kelas aku langsung tarik dia ke tempat yang agak sepi, “Gimana Des, dah kamu sampaikan salamku, terus dia bilang apa ama kamu?” tanyaku “Salammu diterima Vy dan tadi dia nanya kamu itu yang mana terus aku bilang temanku yang tadi lewat dan pake kacamata and dia bilang balik salam,” jawab Desy “Thank’s yah Des, aku senang banget,” aku benar-benar senang banget hari ini. “Kamu serius Vy ama yang tadi atau akh aku jadi bingung ama kamu dan kayaknya lagi senang banget deh,” Desy masih juga penasaran “Entar juga kamu bakalan tau sendiri kok Des,” jawabku singkat “Mending sekarang kita pulang karna yang lain juga udah pulang,” yah ampun aku jadi lupa tadi kan aku mau pulang bukan mau nitip salam.

Sampai di rumah aku jadi bingung sendiri, masalahnya apa benar aku tadi serius ngomong gitu dan mengharapkan salamku diterima. Entahlah aku juga jadi bingung sendiri yang pasti aku suka ama dia. Esoknya kelas III1 gempar banget karna aku ketahuan nitip salam ama Bang Iman dan mereka nyari-nyari aku. Kebetulan Jefry salah satu anak kelas III1 tetanggaku so akhirnya dengan mudah mereka tau yang mana aku. “Vy, Iman nitip salam tuh ama kamu!” seloroh salah satu dari anak cowok III1 yang sama sekali gak aku kenal “Iya, balik salam,” jawabku tanpa melihat lagi kalau Bang Iman ternyata ada disitu, “Vy, itu dia,” ujar Desy sambil nunjuk cowok yang aku maksud “Yah ampun Des gimana dong ini, aku pikir dia gak ada disitu,” aku mulai sadar kalau ternyata dia ada disitu. “Kamu sih, makanya sekali lagi hati-hati atau jangan-jangan emang kamu suka lagi ama dia?” jantungku terasa berhenti berdetak ketika Desy bilang jangan-jangan aku suka dia “Mungkin iya kali yah?” aku benar-benar bingung banget ama apa yang aku rasakan saat ini, apa benar aku suka dia padahal aku ama dia belum saling kenal, aku cuma kenal sekilas aja ama dia. “Vy, kamu serius suka ama dia?” tanyak Desy lagi aku benar-benar gak bisa jawab dan aku hanya mengangkat kedua bahuku saja. “Tapi Des, aku bingung banget napa yah akhir-akhir ini aku tuh deg-degan banget kalau dekat dengan dia, akh aku sendiri bingung banget Des. Udah akh ngapai juga ngebahas ini yang ada entar malah tambah pusing,”jawabku “Dasar kamu, yah udah itu terserah kamu aja aku juga pusing ama kamu,”jawab Desy

Hari ini aku piket barengan ama Desy dan ketika bel panjang berbunyi tanpa komando dan emang dah pengen pulang semua langsung memasukkan buku ke dalam tas walaupun guru belum menyuruh. Dah semua pulang dan yang tertinggal di kelas cuma aku dan yang lainnya, tiba-tiba ada yang memanggil aku “Vy, nih ada surat untuk kamu dari Immanuel,” ucapnya dan memberikan sepucuk surat untukku, pertama aku ragu menerimanya aku takut mereka lagi ngerjain aku karna yang nulis untuk dan dari beda orang dan isi surat, pantun, tanda tangan itu seperti dikerjain ama beberapa orang tapi aku responi juga dan yang pastinya aku juga ngerjain dong coz aku kan dah dikerjain ama mereka semua. Aku ngebalas kalau aku suka tapi aku masih butuh waktu untuk mengumpulkan keberanianku menjawabnya. Eh dah suratnya nyampe gak taunya cowok-cowok kelas mereka ketawa ngakak dan aku benar-benar malu banget. Dari kejadian itu setiap aku pulang sekolah dan kebetulan berpapasan dengan mereka pasti ada aja ulah usil mereka untuk ngerjain aku. Aku senang banget dan mungkin aku mulai jatuh hati padanya. Aku selalu berusaha mencuri-curi pandang padanya walau kadang ketahuan. Senyumnya manis banget dan pastinya dia baek banget. Tapi ada yang gak suka ama kejadian ini, Ashina cs nganggap aku suka Bang Iman karna dia juara dan pernah menyandang gelar The Best Of Boy Student. “Woy, jangan terlalu heboh!” dia sengaja lewat dari dekatku dan teriak gitu padahal kali itu anak-anak cowok kelas Bang Iman lagi ngerjain aku dan manggil-manggil aku, “Des, bilang yah ama mereka kalau aku itu gak ada hubungan apa-apa ama Bang Iman, lagian juga Bang Iman kan yang duluan ngirim surat ama aku bukannya aku duluan. Nih kasih tunjuk ama dia surat Bang Iman biar dia gak ngomel gak jelas ama aku,” pintaku ama Desy. Waktu Ashina dan Sovia ngebaca surat itu mereka akhirnya diam dan gak terlalu ikut campur lagi dan juga mengakibatkan perubahan dalam diriku karna aku malas banget ngelihat tingkah mereka yang gak suka ama aku, hanya Risma yang mengerti dan gak ikut-ikutan. Hari ini aku malas benget sampai-sampai belajar juga aku malas. Ketika bel tanda pulang berbunyi aku langsung membereskan bukuku dan langsung menuju pintu tapi sebelum kakiku sampai di depan pintu ada yang manggil dan gak taunya Franky yang juga teman sebangku Bang Iman, “Ada apa?” tanyaku ketus “Nih ada surat dari Iman,”katanya dan saat itu ada Risma, Devy Purba dan yang lainnya yang merupakan komplotan Ashina. “Palingan juga kamu bohong lagi kan dan mau ngerjain aku,”ucapku “Gak, ni serius kok dari Immanuel. Nih baca sendiri aja,” dia berusaha meyakinkanku dan akhirnya aku terima juga “Thank’s,” jawabku dah nerima surat itu aku langsung menuju bangkuku dan membuka surat itu dan aku pengen buktiin ma Ashina kalau bukan aku yang ngejar-ngejar Bang Iman “Cieh yang baru aja nerima surat cinta,” gurau Risma “Isinya apa Vy?” tanya Devy “Gak tau nih coz lom aku baca,” jawabku dan mulai membuka suratnya. Yah ampun ternyata dia suka ama aku dan pengen aku jadi pacarnya dan menuliskan sebait puisi untukku aku benar-benar senang banget dan dugaanku kalau mereka ngerjain aku itu benar, “Wah, kayaknya lagi senang nih Vy, dia nembak kamu yah?” ujar Risma “Nih, baca aja,” ujarku ama mereka Mereka kelihatan aneh ketika membaca surat itu, “Nih Vy, eh selamat yah karna kamu dah jadian ama Immanuel,”ujar mereka hampir berbarengan “Makasih,” jawabku sambil tersenyum pada mereka. Aku benar-benar senang banget dan aku ingin banget ngebales perbuatan Ashina padaku yang udah nganggap aku aneh-aneh padaku. Ingin sekali aku cepat-cepat bertemu dengan dia dan mengatakan bahwa aku juga suka dia. “Hei Non!!! Kayaknya lagi senang banget sampai gak tau kalau aku dari tadi diri disini,” yah ampun lagi-lagi temanku ini jadi korban cuekku karna Bang Iman, “Des, tau gak napa aku senang banget hari ini?” suatu pertanyaan yang mungkin akan membuat Desy tambah kesal terucap gitu aja dariku. “Yang pasti aku gak tau Elvy, kamu ini aneh banget sih. Emang ada apa sih?” tanyanya “Ini yang membuat aku senang,” ujarku dan menunjukkan surat Bang Iman, “Aku mau baca, sini!” tanpa minta persetujuan dariku dia main rampas aja dan langsung seriius membaca suratku. “Pantesan aku selalu dicuekin gak taunya semua perhatianmu udah untuk dia aja,” ucap Desy “Gak juga kok, aku gak pernah cuek ama kamu temanku,”ujarku “Dasar kamu ini ada-ada aja,” ucapnya sedikit sewot “Duh Des, kamu kok jadi sewot apa karna Pardomuan yah,” ucapku asal dan langsung menghindar darinya karna yang pasti sebuah cubitan akan mendarat di lenganku
yang bakalan berbekas samapi besok, “Enak aja rugi banget mikirin dia mending mikirin yang laen daripada dia,” ucapnya dan berusaha mengejarku yang udah lari. “Vy, please dong jangan lari lagi, cape tau!” teriaknya “Aku bakalan berhenti lari kalau kamu janji gak bakalan nyubit lenganku lagi hanya karna tadi aku nyebut nama itu tuh….” Akhirnya aku berhenti juga dan yang pastinya cubitan Desy mendarat juga di lenganku “Des, kamu tau kan artinya sakit,” rintihku “Gak tuh, makanya jangan iseng mentang-mentang lagi dideketin ama Bang Iman kamu jadi ngawur terus,” omelnya “Yah udah aku minta maaf, sebagai permintaan maafku gimana kalau sekarang kamu mampir ke rumahku!” pintaku, bukannya dijawab dia malah lari duluan ke rumahku dan langsung menuju kamarku “Nih anak ditanya bukannya dijawab malah duluan kabur,” “Biarin aja, gak banget kan kalau dicuekin makanya jangan sering nyuekin aku,” yah ampun nih anak malah makin sewot aja. Sampai di rumah aku langsung ke kamar karna emang Desy dah duluan ke kamar. “Vy, napa yah Asi berubah ama kamu?” tanya Desy, “Entahlah Des aku juga bingung, padahal dari SD aku berteman dengan dia bahkan dulu dia itu teman dekatku setelah SMP dan masuk kelas II dia berubah ama aku,” ujarku “Aneh banget yah dia,” lanjutnya lagi. “Vy, makan siang dulu!” yah ampun aku lupa kalau ini dah siang banget “Wah ada Desy ternyata ayo kalian makan siang dulu ini dah jam berapa kalian pasti lapar,” lanjut Mama “Iya Nantulang,” jawab Desy. Tanpa aba-aba aku dan Desy langsung menuju meja makan. “Des, aku bingung banget ma Ashina. Dulu waktu SD dia itu teman baikku tapis ekarang dia kok berubah yah ama aku. Parahnya lagi, aku yang ngenalin dia ama Sofia, eh malah aku yang dicuekin dan kayaknya mereka nganggap aku ini musuhnya apalagi waktu mereka tau ada sesuatu antara aku dan Bang Iman,” ujarku “Yah namanya juga manusia, tapi aneh juga yah

Rabu, 30 September 2009

Mommmmzzz

Aku bingung Mom....

Sapa yang akan menjadi kekasih sejatiku nantinya....

Kamis, 17 September 2009

mmmmmmmmm

What can I do???? I don't know what he does think about me but I know that what the fact in my life is the God's Planning....

Kamis, 10 September 2009

Tak Ada Yang Abadi

“Aku gak akan pernah lagi menerima cinta di hatiku, cukup udah hati ini sakit,” pelan tapi pasti itu yang terucap dari mulut Adel buat Kenan, “Del, kamu tau kan aku cinta kamu?” “Apa? Cinta kamu bilang? Kamu nyadar gak sih? Aku udah kasih perhatian lebih ama kamu, waktu kamu berantam ama cewek kamu, kamu lari ke aku, sekarang apa? Kamu baikan ama dia dan kamu ninggalin aku padahal kita dah hampir jadian. Sakit Nan!” “Del, tapi sekarang aku baru tau kalau aku cinta kamu, kamu mau kan memperbaikin semuanya?” “Gak Nan, aku gak mau lagi. Hatiku udah terlanjur sakit dengan sikap kamu, kamu selalu menghidar dari aku bahkan diam begitu aja ama aku. Sekarang dengan seenaknya kamu datang dan bilang cinta ama aku. Kamu gila Nan,” “Iya aku emang udah gila karna kamu Del. Aku gila karna aku cinta kamu,” ucap Kenan “Udah lah mending kamu urusin diri kamu dan juga cewek kamu itu,” ujar Adel dan pergi dari hadapan Kenan, “Del, aku cinta kamu sampai kapan pun dan aku akan tetap nungguin kamu!” teriak Kenan, “Masa bodoh….”

Adel, cewek manis tapi sayang hatinya tertutup buat cinta. Sepertinya Adel trauma dengan yang namanya cinta. Tak pernah lagi dia mau menerima cinta di hatinya, baginya cinta itu hanya kesedihan dan hanya akan membuat dia terpuruk dalam kesedihannya. Entah harus bagaimana mematahkan kebenciannya akan cinta sampai-sampai dia gak mau lagi menerima cinta di hatinya. Kenan, cowok terakhir yang membuat lubang di hatinya semakin menganga lebar. “Bagiku tak ada cinta yang abadi dan aku gak akan mau lagi menerima cinta, cukup udah cintaku yang terakhir buat Kenan dan tak akan ada lagi cinta setelah Kenan. Hatiku udah cukup sakit dengan semua permainan cinta. Maafin aku Nan tapi aku emang udah gak mau lagi jatuh cinta atau apalah namanya. Dulu kau biarkan aku hidup dalam bayang cinta semumu sekarang kau datang dengan cinta yang nyata saat aku benar-benar membenci cinta,” batin Adel, “Del…. Adel….” panggilan Shera pun tak terdengar lagi oleh Adel karna lamunan panjangnya, “Del!!!!” panggil Shera sekali lagi sambil mengguncang bahu Adel, “Eh Sher…” jawab Adel sedikit gelagapan karna kaget, “Kamu kenapa lagi??? Mikirin Kenan?” tembak Shera, “Akh enggak kok,” Adel berusaha menutupi perasaannya, “Terus mikirin apa?” tanya Shera lagi, “Entah lah Sher aku pun bingung mikirin apa tapi yasud lah aku gak apa-apa kok, it’s not a big problem Siz,” jawab Adel seadanya, “Del, kamu jangan bohong. Kamu pasti mikirin Kenan lagi kan? Kamu masih cinta dia yah?” Adel hanya bisa diam dan gak tau mau ngomong apalagi “Del, kamu kenapa diam? Kamu masih cinta ama Kenan?” tanya Shera lagi, “Entah lah, aku gak tau mau jawab apa lagi. Aku bingung ama perasaaanku. Kamu tau kan aku paling gak suka dibohongi cinta dan aku gak mau terpuruk terus karna cinta tapi apa yang udah Kenan perbuat ama aku???” “Del, jangan terlalu membenci cinta. Semua apa yang terjadi di dunia ini karna cinta, kamu bisa ada sampai sekarang juga karna cinta kan. Kamu…” “Udah Sher lagian cinta yang aku maksud ama someone special kok. Aku gak mau menghadirkan cinta lagi di hatiku, aku udah terlanjur sakit hati ama apa yang udah terjadi,” potong Adel.

Ternyata Adel tetap bertahan untuk menutup hati akan kehadiran cinta di hatinya walau terkadang dia masih merasakan ada cinta buat Kenan tapi semua dia tampik karna dia gak mau ajtuh cinta lagi. “Del, andai kamu tau betapa berartinya dirimu buat aku dan aku begitu mencintaimu bukan yang lain,” “Udah lah Nan, kamu baikan aja lagi ama dia toh dulu kamu begitu mencintainya sampai-sampai kamu mencampakkan aku begini dan kamu pergi begitu saja, pelan tapi sakit kamu pergi meninggalkan aku. Jangan bilang cinta lagi ama aku Nan,” hati Adel tetap dingin walau terkadang sakit yang dia rasakan, “Gak Del, aku akan tetap nungguin kamu sampai hati kamu mau menerima cinta Del,” “Dan itu gak akan pernah terjadi Nan, hatiku udah tertutup buat cinta. Toh kamu kan dulu lebih milih dia dibanding aku dan kamu gak pernah mau ngerti ama perasaanku. Padahal kamu sempat beri aku harapan tapi apa akhirnya yang aku dapatkan???? Gak ada kan, berhenti ngejar aku karna aku gak punya cinta lagi Nan,” “Gak Del, aku akan tetap menunggu kamu!”

Bukan hanya Kenan tapi masih ada beberapa cowok yang mencoba menaklukkan hati Adel tapi ternyata tak satu pun yang bisa mematahkan kebencian Adel terhadap cinta. “Cinta??? Apaan itu cinta, kayaknya gak minta banget deh ngomongin cinta,” kata-kata itu yang selalu keluar dari mulut Adel kala ada cowok yang berusaha menginginkan cintanya bahkan tawaran Kenan untuk bertunangan sabagai bukti bahwa dia mencintai Adel pun ditampik Adel. “Maaf Nan, berpacaran aja aku gak mau apalagi tunangan. Aku masih mau ngejar impianku,” jawab Adel, “Tapi kan kita bisa bersama mengejar mimpi itu Del, kamu mau yah Sayang!” Kenan gak kenal putus asa untuk mematahkan kebencian Adel pada cinta, “Gak, biarkan aku seperti ini tanpa cinta lagi. Cukup udah hati ini sakit Nan karna pernah ada dalam bayang cinta semumu,” “Tapi kan sekarang bukan cinta semu lagi ini nyata Del. Aku sayang bahkan cinta kamu, aku akan berikan apa pun apa yang kamu mau,” “Gak usah lebay deh, mau gimana pun juga aku gak akan pernah membiarkan cinta itu hadir kembali di hatiku, it’s not a great idea jika aku harus menerima kehadiran cinta lagi Nan,” “Del, apa yang harus aku lakukan agar kamu mau menerima permintaan maafku bahkan terima cintaku?” “Aku udah terima maaf kamu kok tapi maaf untuk cinta aku gak bisa Nan, mau gimana juga usaha kamu maaf banget aku gak bisa. Hatiku udah terlanjur sakit Nan. Gak ada satu pun yang bisa aku terima cintanya. Hatiku ydah tertutup rapat dan kuncinya udah gak ada lagi,” “Aku mau jadi kunci hatimu Del, aku akan buka hatimu buat aku. Ini semua aku lakukan karna aku cinta banget ama kamu,” hati Adel sebenarnya sakit melihat perjuangan Kenan tapi apa mau dikata hati Adel emang benar-benar tertutup untuk cinta dan tak ada satu pun yang dia biarkan membuka hatinya.

Shera juga hampir putus asa melihat Adel, Adel kehilangan keceriaannya, dia bukan Adel yang dulu lagi, Adel yang selalu tersenyum dan mau bangkit dari keterpurukannya. “Del, jalan yuk sekalian entar kita nonton. Ada film bagus lho…” “Gak akh Sher, aku lagi malas, lagi gak mood ngapa-ngapain. Kamu ama yang lain aja dulu yah!” tolak Adel “Gak akh, kan kamu teman dekat aku jadi aku pengen ama kamu perginya. Lagian udah lama kan kita gak jalan lagi,” Shera tetap berusaha membujuk Adel, “Cowok kamu mana?” Adel malah berusaha mengalihkan pembicaraan, “Dia lagi sibuk Del gak bisa nemanin aku lagian aku kan pengen jalan ama teman aku yang bawel ini,” “Sher, I’m sorrr banget Siz aku lagi gak bisa, plizzz ngertiin aku dulu yah!” pinta Adel, “Yah udah deh aku gak akan pergi kalau tanpa kamu,” “Yah udah dari pada kamu manyun kayak gini, ayo kita pergi tapi aku gak mau nonton, aku mau cari buku aja,” akhirnya Adel gak tega juga nolak ajakan Shera, “Gitu dong, itu baru namanya Adel teman baek Shera yang bawel, cerewet dan suka buku,”

Tapi ternyata bukan ide yang bagus ngajak Shera ke toko buku favoritnya karna disana ada Kenan dan mantan pacarnya, ternyata mereka udah baikan. Saat ngelihat bahwa Adel ada disana Kenan sedikit gelagapan karna gak nyangka ada Adel juga disana. “Adel….” panggil Kenan, “Kenan…” Adel hampir tidak percaya bahwa Kenan ada disana juga dan lebih gak percaya ketika melihat bahwa Kenan merangkul Denia yang dia sebut mantannya. “Hal Del!” sapa Denia dengan sedikit jutek, “Hai juga!” balas Adel “Del, kita kesana yuk. Kita kan belum cari buku,” Shera tau betul bagaimana perasaan Adel saat itu walau dia menutup hati termasuk buat Kenan, “Adel, bentar dulu,” Kenan berusaha menahan Adel, “Ada apa? Mau bilang udah baikan lagi ama Denia? Gak usah dikasihtau juga aku kan dah tau. Selamat yah kawan!” ujar Adel “Gak seperti apa yang kamu pikirkan Adel,” “Adel, aku mau bilang kalau Kenan itu gak pernah sayang apalagi cinta ama kamu, dia itu cuma cinta aku aja,” rasanya Adel pengen nampar mulut Denia karna ini bukan pertama kalinya dia ngomong kayak gitu, “Harusnya kamu tau diri yah, gak usah ngarapin Kenan lagi. Kenan itu milik aku Del. Lagian juga kemaren dia ngejar kamu karna aku lagi berantam ama dia dan satu hal lagi yang harus kamu tau, Kenan juga melakukannya karna dia kasihan ama kamu dan gak tega lihat kamu sedih terus tapi akhirnya dia sadar kalau dia hanya butuh aku aja. Dia cuma kasihan ama kamu. Jadi jangan berharap terlalu tinggi yah!” aliran bening yang menjawab apa yang baru saja dikatakan oleh Denia, ternyata Kenan hanya kasihan ama Adel bukan karna cinta, “Nia, kamu bisa tutup mulut gak sih? Jangan sembarang kalau ngomong!” sambar Shera “Eh Shera! Gak usah ikut campur yah, kalau mau ikut campur mending kamu bawa teman kamu yang sok kecantikan ini secepatnya dari hadapan aku dan Kenan. Mengganggu kencan kami aja,” jawab Denia sinis, “Nia, kamu apa-apaan sih, jangan ngomong gitu aku gak suka!” ujar Kenan, “Kamu kok belain Adel sih. Nan, aku itu cewek kamu!” bentak Denia, “Cukup yah, aku juga muak dengan kalian berdua. Nan, aku gak nyangka semua yang kamu lakukan hanya karna kasihan melihat aku. Ingat Nan aku gak suka dikasihani seperti ini. Mending sekarang kamu menjauh dari hidup aku dan jangan pernah dekati aku lagi. Aku benci kamu Nan!” “Del, plizz dengarin aku dulu!” “Gak ada yang perlu dijelasin lagi, cukup udah semua yang udah kamu lakuin ama aku. Aku gak butuh belas kasihan dari kamu!!!” “Del, sabar!” Shera mencoba menenangkan Adel, “Sekarang kita pergi aja dari sini!” tanpa menunggu jawaban dari Shera, Adel langsung pergi dengan sakit hatinya.

Adel gak pernah nyangka kalau semua yang dilakukan Kenan hanya karna dia kasihan aja ama Adel. Selama ini Adel kasih perhatian ama Kenan karna dia tulus menyayangi Kenan tapi gak pernah nyangka Kenan membalasnya seperti ini. “Nan, aku benci kamu dan aku gak akan pernah lagi kenal kamu. Udah terlalu banyak kamu nyakitin hatiku. Aku mau kamu pergi dari hidupku,” “Gak Del, apa yang Denia bilang itu salah. Aku tulus ama kamu,” “Udah Nan, jangan ganggu hidupku lagi. Aku mau kamu pergi dan menjauh dari hidupku. Kamu udah puas kan nyakitin aku terus-terusan? Sekarang pergi!” Adel benar-benar tambah sakit hati ama semua yang udah Kenan perbuat “Del….” “Udah kamu pergi aja! Aku gak butuh kamu!” usir Adel

Semakin lama Adel semakin menutup hati dan gak pernah mau menerima cinta lagi dalam hidupnya bahkan dia semakin membenci Kenan. “Tak akan ada satu pun yang bisa membuka hatiku dan aku pun tak akan membiarkan diriku ajtuh cinta lagi, akan ku tutup lembaran suram cintaku dan akan aku bakar agar musnah dan tak akan terulang lagi. Cukup Kenan terakhir yang menyakiti hatiku dan tak akan aku biarkan ada satu cowok pun yang mampir di hatiku. Bagiku cinta hanya keterpurukan dan kesedihan saja. Tak akan pernah lagi ada kata-kata sayang bahkan cinta. Cinta, pergi dari hidupku jangan pernah usik hatiku.” Selesai menuliskan kata-kata itu Adel berjanji gak akan pernah jatuh cinta lagi dan akan melangkah tanpa seorang yang spesial di hatinya “Adel, kamu pasti bisa!” batinnya dan melangkah dengan pasti untuk mengarungi kehidupannya.

Minggu, 23 Agustus 2009

DAMAI DONG…..

Masa SMA merupakan masa aku kenal berantam ama teman cowok yah walaupun di SMP dah kelihatan sedikit. Tapi semua terjadi ketika aku duduk di bangku kelas XI. Teman-temanku bilang aku berubah 1800 dari yang pendiam menjadi seseorang yang lumayan heboh. Maklum gaulnya ama Elida, Erna, Moria dan teman-teman yang lain dan kami menamakan gank kami sebagai Union Girl Si Ambat Dalan. Entah apa artinya tapi yang pasti kalau pulang sekolah jalan bagai milik kami sendiri dan yang laen cuma numpang lewat aja. Kemana-mana becanda dan ketawa mulu bahkan gangguin anak cowok terus sampai-sampai anak kuliahan kami gangguin. “Yang paling ganteng, resleting celananya kebuka tuh,” teriak kami hampir berbarengan dan sontak aja yang merasa ganteng akan melihat ke bawah apa benar celananya kebuka, “Dek, usil kali kalian. Katanya kebuka mananya?” protes mereka, “Yeh, emang Abang ganteng apa, kami kan bilang yang ganteng bukan Abang,” jawab kami cuek dan sambil cekikikan.
Tempat nongkrong favorit kami sepulang sekolah WarGan alias Warung Gantung, dinamain gitu karena emang ngegantung warungnya. Yang punya warung pasti apes kalau ada kami, Moria senang kecap, Elida Saus dan aku sendiri sambal dan yang pasti porsinya bujubene deh. “Lama-lama warung ini ditutup khusus buat kita, lihat aja setelah kita masuk stoknya langsung kritis gini,” ucap Dewi, “Yah mau gimana lagi,” jawabku “Emang yah kita bikin rugi aja,” “Kalo gak gitu kan gak tau rasanya gak enak,”. Hmmm ada benarnya juga nih tapi yah itulah kami.
Tapi aku yang paling parah karna di kelasku ada “virus”. Di awal tahun ajaran baru di kelas XI dia terpilih sebagai ketua kelas dan entah bagaimana perkenalanku dengan dia tapi yang pasti hanya 1 bulan aku dan dia kompak banget sampai akhirnya berantam terus mau itu di barisan ketika ibadah pagi, upacara bahkan di depan guru sekali pun. “Tiada Hari Tanpa Berantam” lah pokoknya. “Eh, Virus, minggir aku mau lewat aku gak mau kau di situ waktu aku lewat,” bentakku ketika aku akan masuk ke kelas “He, Nenek Lampir kalau mau lewat yah lewat aja,” balasnya “Sialan aku dikatain Nenek Lampir, dasar Virus,” balasku lagi. “Vy, bukannya kalian itu dah jadian?” tanya Moria suatu ketika “What, jadian? Yah gak lah. Amit-amit punya cowok kayak dia, kayak gak ada cowok lain lagi. Kalian kan tau aku pacarnya Bang Iman jadi ngapain ama dia. Seandainya gak ada lagi cowok di dunia ini dengan tulus, iklas dan tanpa paksaan aku akan memilih jadi perawan tua seumur hidupku deh,” jawabku “Vy, gak boleh ngomong gitu lho entar kemakan omongan sendiri baru tau rasa,” timpal Dewi “Yah kalian taulah aku sama dia itu berantam terus setiap hari tanpa melihat sikon,” jawabku lagi “Vy, seminnggu itu ada 7 hari tapi kalian menambah 1 hari dalam seminggu untuk berantam,” sambung Renaldo “Udah akh malas bahas manusia aneh bin gila kayak dia itu,” jawabku “Tapi dia ganteng kan?” astaga manusia planet seperti Defris dibilang ganteng, kayak gitu ganteng gimana lagi jeleknya???
Ternyata aku tetap perang dengan dia sampai kelas XII, guru dah hapal banget dengan tingkah kami. Pernah ketika lusanya aku ulang tahun dia teriak sama teman satu kelas kalau tanggal 270705 itu hari kiamat “Eh… lusa itu hari kiamat lho,” pertama aku cuma diam aja tapi akhirnya kemarahanku memuncak juga ketika dia semakin sering mengatakannya. Kebetulan hari itu yang masuk adalah Guru PPLT dari UNIMED, “Oke, sekarang kita kenalan dulu yah. Sebutin nama, hobby, cita-cita dan tanggal lahir kalian.” Akhirnya perkenalan dimulai dan ketika giliranku, dia udah pasang ancang-ancang untuk meledek aku. “Elvy Sylvia Julyanti Nasution….” “Mak Lampir,” potongnya dan aku cuek aja “Aku suka dengan yang namanya dunia tulis dan ingin menjadi seorang jurnalis suatu saat nanti, tanggal lahirku tanggal 2707….” “Berarti lusa dong, lusa kan kiamat,” potongnya lagi dan kali ini gak ada ampunan lagi buat dia, aku langsung marah “He Virus yang gak tau diri, enak aja ngatain hari ulang tahunku sebagai hari kiamat dasar setan,” “Wah kalian kok jadi berantam. Entar malah jadian lho,” “Gak akan deh Bu. Ngapain pacaran sama dia, mending jadi perawan tua deh,” ucapku “Eh emang sapa yang mau samamu. Dah galak, gampang nangis lagi,” tandasnya “Oh ya????” jawabku acuh dan cuek “Udah akh, jangan berantam terus,” seru Bu Simanjuntak “Bu, dia itu manusia yang paling nyebelin di kelas ini,” sambungku lagi dan disambut sorak dari teman yang lain “Vy, udah lah,” Dermiani mencoba menenangkan aku tapi aku tetap ngotot. “Kalian ini memang yah, udah sekarang kalian baikan jangan musuhan,” sarannya “Iya nih berantam aja terus dari dulu gak pernah aman,” timpal yang lain “Gak akh Bu, malas punya teman seperti dia,” jawabku “Emang siapa juga yang mau berteman dengan kau,” balasnya “Udah, entar Ibu laporin sama Wali Kelas kalian kalau kalian masih kayak gini,” ancamnya dan tanpa kusadari dia diri dari bangkunya dan menuju bangkuku untuk minta maaf “Yah udah kita baikan jangan musuhan lagi kayak gini,” ucapnya dan disambut dengan keriuhan teman-temanku yang lain. “Astaga nih anak nyadar gak sih siapa yang sedang ada di depannya,” batinku “Ayo Vy, dia kan dah ada maksud untuk berteman masa kamu gak mau,” mau tak mau akhirnya aku terima uluran tangannya dan “damai” untuk sementara waktu karna aku masih malas banget ngelihat dia.
Pas apa yang aku pikirkan, gak bertahan lama, dia mulai lagi dengan nyebut hari kiamat itu tanggal 2707, geram banget dan pengen nonjok dia. “Virus, kau bisa diam gak sih?” tanyaku “Mulut, mulutku yah terserah aku lah,” jawabnya “Dasar Setan,” akhirnya aku pergi dengan rasa kesal yang gak tau lagi berapa kadarnya. Tepat tanggal 2707 dia benar-benar tambah buat ulah baru, “Woi hari ini hari kiamat,” oh damn ternyata dia dah nyampe duluan di sekolah, bolu yang ada di tanganku pengen aku lempar ke mukanya biar dia diam dan gak bikin ulah lagi. “Hari ulang tahun, sabar Vy!!!” batinku, “Terserah mau bilang kiamat atau gak yang pasti kau duluan yang ke akhirat baru aku nyusul!” ucapku “Vy, sebenarnya dia mau ucapin selamat ulang tahun tapi dia gak tau caranya gimana habis kalian hobby berantam sih,” ujar yang lain, “Emang dasar dia itu setan dan virus sepanjang masa lah, nyebelin banget tau,” jawabku. “Def, gak ngucapin selamat nih entar nyesal lho,” wuih siapa lagi yang ngomong gitu, gak deh coz di ultahku ini dia dah sedikit membuatku marah dan jengkel eh yang ditanya senyum-senyum tanpa arti dan makna gitu lagi. “Dasar Virus,” batinku
Ulahnya gak hanya berhenti disitu saja sampai mau tamat pun aku masih musuhan dengan dia. Banyak hal yang tambah menjadi-jadi dia perbuat ama aku apalagi ketika pelajaran Ekonomi. Jujur aja walau anak IPS tapi aku anti dengan yang namanya Ekonomi, mau beribu kali belajar juga gak akan pernah masuk ke komputer mini di otakku. “Apa lihat-lihat,” bentakku ketika pelajaran dimulai dan yang ditanya tersenyum puas melihat aku, “Awas yah!” ancamku. Gitu juga saat ujian aku pasti jadi bahan ejekannya, “Huh, kenapa sih aku lemot banget belajar Ekonomi,” gerutuku, “Vy, gimana? Siap?” tanya Nixon, “Gak tau lah. Tau sendiri lah kau, aku paling benci sama yang satu ini yah paling dapat 4 atau 5 lagi lah,” jawabku “Berjuang lah Itoku, jangan nyerah. Seorang Elvy nyerah gitu aja? Mana Elvy yang gak mau nyerah itu?” Nixon mulai menyemangati aku dan aku hanya bisa diam karna dari lusa kemaren dah belajar tapi tetap gak satupun yang nyantol di otak. “Vy, bisa?” tiba-tiba Virus datang dengan senyum mengejek, “Bodo amat,” jawabku cuek, “Butuh bantuan?” nich anak ngejek atau apa sih maunya, “Kayaknya gak tuh. Mau entar dapat merah juga aku gak takut karna itulah usahaku. Buat apa bagus tapi nyontek,” jawabku dan pergi dari hadapannya daripada tambah emosi.
Tapi aku akan membalas dia ketika belajar bahasa apalagi bahasa Inggris dan Komputer, kalau dah belajar bahasa Inggris dan Komputer aku akan melihat dia dengan tatapan penuh dendam karena otaknya akan kacau apalagi kalau udah disuruh membuat percakapan atau mengarang cerita. “Vy,!” panggilnya dan aku menoleh “Apa?” tanyaku sedikit sinis “Bantuin dong!” pintanya “Gak yah,” jawabku “Jahat banget sih yang lain dibantu masa aku gak dibantu,” rutuknya “Yah iyalah mereka kan temanku, sedangkan kau? Kau itu musuh bebuyutanku, makanya jangan anggap remeh orang,” jawabku. Kasihan juga sih dan aku pengen bantu dia tapi rasa kesalku jauh lebih besar dari rasa kasihanku. “Juara kelas kok kalah yah?” cibirku dan dia hanya memandangku dengan tatapannya, “Selamat berusaha Bung!” ucapku. Dibilang puas karna balas dendam sih enggak tapi pengen aja kasih pelajaran ama dia biar dia gak seenaknya aja ngeledekin aku.
Di detik-detik terakhir masa SMA, aku menyibukkan diriku dengan OSIS bersama Devy, kami punya julukan sebagai si Jalo Beo apalagi aku, di kelas aku Bendahara dan di OSIS aku bantu Devy karna dia Bendaharanya. Sepi juga karna gak berantam dengan dia, “Vy, ngelamunin Defris yah?” tembak Devy seolah tau apa yang ada di pikiranku, “Gak akh…” aku mencoba bohong, “Udah ngaku aja,” desaknya akhirnya aku ngaku juga, “Iya nih sepi gak ada teman berantam. Lagian akh ngapain mikirin dia entar dia GR lagian dia udah punya pacar kan,” ujarku dan ada sedikit rasa cemburu di hati waktu tau dia udah punya pacar padahal aku masih asyik dengan status jombloku. Cemburu bukan karna suka karna apa entahlah aku pun bingung. Seenggaknya dengan nyibukan diri di OSIS kadar berantam dengan dia sedikit berkurang lagian malas juga terus-terusan perang ama dia. Entah kapan damai benarannya.
Keisenganku gak hanya di sekolah tapi juga di tempat Bimbingan Belajar. Setiap Tentor yang ada kami kerjai apalagi kalau orangnya asyik dibecandain sampai-sampai aku, Erna, Devy, Dermiani dan Elida dapat julukan sebagai Biang Keroknya BIMA. Ada aja tingkah kami yang kadang membuat Bang Rinto kesal, semua kayaknya kami udah kerjain. Saat Try Out atau Olimpiade aku dan mereka pasti saling kerja bersama-sama “Hush, jangan kerja sama,” bentak Bang Rinto “Bang, kami kan gak kerja sama tapi bekerja secara bersama-sama kok,” jawab Elida cuek dan Bang Rinto hanya mampu menggelengkan kepala melihat tingkah kami. “Bang, kita kan harus menanamkan jiwa saling membantu dan gotong royong dalam hidup. Yang susah kita harus bantu dong!” Bang Rinto cuma bisa geleng-geleng kepala melihat kami. Banyak hal yang kami lakukan ketika Bimbingan, kertas penilaian terhadap tentor yang harusnya diisi dengan pesan dan saran demi kebaikan mereka malah aku isi dengan beberapa tebakan aneh dan diakhir dengan “Selamat Berpikir Kak/ Bang, biar jangan hanya kami aja yang disuruh mikir”. Tapi walaupun kami bandalnya luar biasa masih ada juga yang bisa dibanggakan dari kami, ketika hasil Try Out dan Olimpiade keluar, Elida masuk tiga besar dan kami nyusul di 10 besar se Sumatera Utara dan yang pasti jebol ke Universitas impian kami, yah walaupun gak murni-murni amat hasil kerja sendiri. Tapi ketika SPMB kami bisa buktikan kalau ternyata kami bisa berusaha sendiri masuk Universitas Negeri tapi sayang hanya aku yang terdampar sendiri di Pulau Jawa dan mereka tetap mencintai Medan. Sedih sih tapi yah mau bilang apalagi.
Saat-saat terakhir di Sekolah selesai UN ternyata menyakitkan, harus pisah dengan Virus. “Eh setan kau mau lanjut kemana?” tanyanya “Yang pasti keluar dari Sumatera dan melanjut di Jawa. Emang kau mau kemana Virus?” “Entah lah,” jawabnya “Astaga ternyata sebentar lagi pisah dengan manusia aneh ini,” batinku “Damai kita yah, entar lagi kan kita dah pisah,” ucapnya “What? Kau gak salah ngomong kan atau aku yang salah dengar,” aku gak percaya dia ngajak aku berteman, “Aku serius Vy,” wadow baru kali itu dia panggil namaku, “Coba ulangi? Kau panggil Vy,” “Yah ampun, iya aku panggil Vy,” jawabnya “Oke kita baikan aku juga capek musuhan terus denganmu dari kelas XI, saatnya lah kita berteman,” akhirnya aku setuju juga. Tapi apa yang terjadi???? Semua teman-temanku menyangka kalau aku jadian dengannya. “Def, kau harus bilang sama semuanya kalau kita itu gak jadian, aku gak mau yah digosipin gitu,” pintaku, “Yah udah lah Vy, ngapain dipikirin. Lagian kalau benar emangnya kenapa?” “Def, gak yah aku gak kan pernah mau. Kau kan dah baca diaryku dan disitu aku tulis Say No To Love, gak mau aku Def,” “Ok! Tapi yakin Say No To Love?” “Yah, aku yakin. Apa sih cinta itu? Aku benci dengan cinta dan aku gak amu jatuh cinta,” “Astaga Vy, percuma dong aku ngecengin kamu kalau kamu benci cinta, tapi kenapa?” “Karna cinta itu bagiku hanya sakit hati doang, ok gak usah dibahas lagi karna gak penting dan hanya membuat aku marah aja. Yang pasti aku gak mau jatuh cinta, aku benci cinta dan gak mau kenla sama cinta,” “Ok…”
Ternyata damainya aku dan Defris itu gak lama juga cuma 2 bulan aja ada masalah yang terjadi antara aku dan dia dan semua itu terjadi sehari sebelum UN. Sakitnya luar biasa banget. Waktu UN untung gak 1 ruangan dengan dia dan entah kenapa dia hobby banget datang ke ruanganku dan mencoba ramah tapi ternyata aku dah kepalang kesal lihat dia dan aku lebih pilih di luar sampai dia keluar dari sana. Hingga kini kadang aku masih juga suka berantam ama dia yah walau gak seperah dulu lagi, paling saling jeolus2an aja lewat telepon karna dia di Jakarta dan aku di Bandung. “Def, kapan yah kita bisa aman dan gak saling ejek lagi? Moga kau bisa cinta benaran sama cewek kau itu kawan, biar tau juga kau gak enak dipermainkan. Jangan suka gonta-ganti cewek yaks!” (Buat teman-teman SMAku (SMA N 2 Tarutung nak IPS ’06) maaf ceritanya baru ada sekarang, MISS U ALL kapan kita ngumpul bareng lagi???)