Rabu, 14 Oktober 2009

Say No To Love


“Say No To Love 4ever and Ever” motto hidup seorang Shifa dan entah kapan akan dia akhiri. Baginya makhluk cowok itu bajingan dan gak tau diri, taunya nyakitin hati cewek aja. Dari jaman SMP Shifa udah kenal dengan yang namanya pacaran dan pernah suatu kali mantannya membuat dia marah besar dan membenci apa yang namanya cinta.

“An, kamu pernah gak sih hargain aku dan perasaanku?”, “Shifa, kamu yang gak pernah mau dengarin aku, kamu itu kenapa sih dah juga aku gak suka lagi ama kamu tapi kamu ngotot banget ama aku,” Shifa hampir saja meneteskan air mata ketika mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Anton, “Dengar yah, suatu saat matamu akan terbuka melihat apa yang sebenarnya telah terjadi,” setelah itu Shifa pergi meninggalkan Anton tanpa mau mendengar apa pun lagi. “Oh Tuhan kenapa dia berubah?” batin Shifa. Mereka udah lama putus dan Shifa udah ada yang punya begitu juga dengan Anton, tapi sayang Sasa, cewek Anton sekarang sensi luar biasa terhadap Shifa dan berusaha membuat Anton dan Shifa musuhan dan berantam terus.

“An, lihat tuh Shifa! Dia selalu aja ganggu hubungan kita,” ternyata Sasa yang sudah merusak hubungan antara Shifa dan Anton selama ini, “Kamu tenang aja sayang, aku akan ngomong langsung ama Shifa biar dia gak macam-macam,” Anton lebih percaya apa yang dikatakan oleh Sasa dibandingkan Shifa.

“Shifa, kamu kok jahat banget sih. Kenapa kamu ganggu Sasa, aku kan dah bilang jangan ganggu aku dengan dia. Aku gak suka sama kamu lagi, kamu harus ngerti dong!” bagai disambar petir di siang bolong Shifa kaget banget mendengar perkataan Anton, “Dengar juga Tuan Anton! Aku gak ganggu Sasa, lagian kamu juga tau kan aku itu udah punya cowok juga. Aku juga gak suka sama kamu lagi, saat ini kamu itu musuh bagiku!” balas Shifa dengan sengitnya. “Ok, kita jalan sendiri, jangan ganggu aku!” ujar Anton, “Siapa takut. Kita urus masalah masing-masing dan ingat juga aku gak mau ada komunikasi diantara kita,” Anton gak nyangka kalau Shifa akan berkata seperti itu tapi apa mau dikata Shifa langsung bergegas meninggalkannya.

Shifa, muak dengan semua apa yang dia alami. Sasa sering mengganggunya dan juga Anton masih menyalahkannya, “Fa, kamu bisa kan gak ganggu aku dan Sasa?” “An, aku gak pernah ganggu kalian so pliz jangan ganggu hidupku lagi. Bye…!” tanpa menunggu jawaban Anton, Shifa langsung memutuskan telepon dan membating teleponnnya. Hati Shifa hancurnya minta ampun dengan semua perlakuan Anton dan Sasa, setiap saat Sasa selalu berusaha membuat Shifa marah di sekolah. “Eh tau gak, nanti malam Anton mau ajak aku makan malam lho!” Sasa berusaha memanas-manasi hati Shifa, “Oh yah, asyik dong!” Nitha yang sama sekali Shifa gak kenal ikut-ikutan membuat Shifa kesal “Kok dia gak bereaksi?” bisik Bella pada Sasa, “Tunggu bentar lagi!” Sasa mulai kesal karna Shifa gak kepancing, “Sasa… nih telepon dari Anton, angkat dong!” Nitha mulai mencari akal lain untuk membuat Shifa kesal, “Halo Sayang! Ada apa? Kangen yah?” entah benar atau gak yang pasti Shifa berusaha sabar menghadapi mereka, “Tenang Sayang, nanti pulang sekolah kita ketemu di tempat biasa yah!” sambung Sasa dan tanpa Sasa sadari HP yang dia pegang tiba-tiba berdering dan kontan wajahnya memerah tapi yang namanya Sasa gak mau malu gitu aja, “Duh Nith, senang banget entar aku mau ketemu ama Anton di tempat biasa,” “Oh yah!” Nitha juga merasa malu karena ketauan bohong oleh Shifa kalau yang telepon tadi itu bohongan, “Mau bohong aja gak mikir,” batin Shifa.

Sesampainya di sekolah Franky, cowok Shifa ternyata udah datang duluan, “Hai!” sapanya “Hai juga Bang!” balas Shifa, “Cieh….” Sorak teman-teman Franky, “Kok muka kamu kusut gitu? Ada apa?” tanya Franky, “Gak kenapa-napa kok, tadi malam kurang tidur,” Shifa berusaha menutupi apa yang telah terjadi, “Aku antar ke kelas kamu yah!” hanya anggukan saja yang bisa Shifa berikan sebagai jawaban. Ketika mereka jalan ternyata Sasa melihat dan hatinya tambah panas aja melihat Shifa apalagi ketika dengar sorakan teman-teman Franky, “Gandeng dong Shifanya, entar ada yang nyamber lagi,” “Ikh, gitu aja bangga banget dia, pengen banget aku buat dia tambah sakit hati dan kena marah Anton lagi,” ujar Sasa, “Lagian ngapain juga Franky suka ama cewek kayak Shifa,” tambah Nitha. Franky, cowok Shifa sejak kelas 2 SMP sampai sekarang, dia kakak kelas Shifa. “Aku diantar sampai sini aja deh, entar lagi kan bel masuk kelas Bang!” “Benar nih?” “Iya benar. Aku gak apa-apa kok,” “Yah udah deh, sampai ketemu nanti yah!” akhirnya Franky ngalah dan gak ngantar Shifa sampai depan kelasnya. Beberapa bulan setelah duduk di kelas 2 SMA ternyata hati Shifa makin hancur saja dengan semua perbuatan Anton dan Sasa. Tertekan batin dan menangis. “Tuhan, kenapa aku seperti ini?” batinnya. Shifa yang dulunya benci cinta makin menjadi-jadi benci pada cinta sampai-sampai dia mengambil keputusan yang paling menyakitkan baginya apalagi bagi Franky, dia mutusin Franky.

Maafin aku Bang ternyata di hatiku tak ada cinta buat Abang. Aku ingin sendiri dan ingin menyendiri. Abang gak salah apa-apa, hanya saja hati ini gak bisa nerima cinta lagi. Carilah cewek yang pantas buat Abang….

Salam

Shifa

Franky gak ngeti kenapa tiba-tiba Shifa minta putus begitu saja padanya. “Kenapa Frank?” tanya Edo, “Nih kamu baca aja sendiri,” “What??? Shifa minta putus?” Edo gak percaya Shifa tega mutusin Franky, “Emang ada apa?’ tanya Edo, “Entah lah, aku juga gak ngerti kenapa dia berlaku seperti ini padaku,” jawab Franky

Kita bisa ngomong baik-baik kan Dek? Kamu tau kan aku sayang kamu dan gak mau kahilangan kamu. Nanti pulang sekolah kita ketemu dan ngobrol yah! Ku tunggu di gerbang sekolah…

Salam Sayang

Franky

Waktu terasa lama bagi Franky karna bel pulang gak juga berdentang, “Franky!” panggil Pak Beny dan Franky sama sekali tidak mendengarkannya dan malah asyik melamun, “Frank, Franky!” Edo mencoba memanggil Franky yang duduk di sampingnya “Franky!!!” kali ini suara Pak Beny lebih keras dan membuyarkan lamunan Franky, “Iya, saya Pak,” jawab Franky sedikit terkejut, “Coba kamu kerjakan soal nomor 2 sekarang juga!” perintah Pak Beny, “Kamu sih dari tadi melamun terus,” ucap Edo “Mampus aku Ed…” “Franky, cepat!!!” baru saja Franky akan melangkahkan kakinya maju ke depan kelas saat itu juga bel berdentang, “Gak akan pulang sebelum kamu selesaikan soal itu,” Pak Beny seolah tau apa yang ada di hati Franky, “Iya Pak!” jawab Franky gontai dan anak-anak yang lain mulai gak tenang karna Pak Beny gak biasanya seperti ini, “Mampus deh, aku gak tau gimana ini,” batin Franky, “Bagaimana? Udah?” tanya Pak Beny, “Belum Pak, saya gak bisa,” jawab Franky sambil menunduk, “Ok kembali ke tempatmu sekarang. Ingat sekali lagi jangan melamun ketika belajar di mata pelajarn saya,” ujar Pak Beny yang terkenal dengan killer ditambah lagi dengan soal Matematikanya yang mematikan.

Ternyata tak ada harapan bagi Franky untuk memperbaiki hubungannya dengan Shifa, Shifa tetap pada pendiriannya, Shifa tetap ingin putus. “Dek, apa yang salah? Kita kan bisa perbaiki apa yang salah,” Franky tetap gak bisa terima permintaan Shifa, “Maafin aku Bang, tapi ini jauh lebih baik daripada nanti Abang sakit hati,” “Dek, plizz!!! Kalau aku salah aku minta maaf tapi jangan pergi dariku,” pinta Franky. Pedih, sakit yang Shifa rasakan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Franky. “Andai Abang tau kalau Abang itu bagitu baik bagiku tapi aku gak mau membuat Abang sakit hati kalau tau ternyata di hatiku tak ada lagi cinta,” batin Shifa. Akhirnya Franky terima juga permintaan Shifa, “Dek, gimana?” tanyanya “Maafin aku Bang ternyata aku gak bisa. Kita putus aja yah!” “Yah udah,” ucapnya dan mengulurkan tangan “Fa, kamu kenapa sih? Kok mutusin Bang Franky?” tanya Desy, “Entah lah Des, tau sendiri kan aku lagi seperti apa?” jawabku “Tapi kan gak gini juga lah yah Fa,” protes Desy, “Aku benci cinta Des, benci banget. Karna cinta aku menderita kayak gini, dan karna cinta juga aku merana seperti ini,” “Sampai kapan Fa? Kamu gak bisa terus-terusan seperti ini Fa?” “Entah lah yang pasti aku dah menghapus cinta dari hatiku dan aku gak mau kenal cinta,” “Mau jadi perawan tua?” “Aku gak takut Des, kalau itu jalan hidupku aku terima. Sampai kapan pun gak kan ada lagi cinta di hatiku,” “Terserah kamu Fa, aku mau kamu hilangkan trauma itu dari diri kamu”.

Entah sampai berapa tahun hati Shifa beku terhadap cinta dan gak mau kenal cinta. Dia asyik dengan puisi-puisinya dan juga cerpennya, “Fa, hobby amat nulis, mau jadi penulis?” tanya Andre, “Eh kamu Ndre, it’s me dan inilah duniaku,” jawab Shifa, “Semuanya kok tentang patah hati sih Fa?” tanyanya lagi, “Entah aku juga bingung,” jawab Shifa singkat “Fa, boleh nanya gak?” “Mau tanya apa?” “Kamu dah punya cowok?” “What? Cowok? Apa itu cowok?” “Fa, serius nih!” “Aku juga serius Ndre,” “Benci amat kayaknya ama cowok,” “Duh bisa gak kita gak bahas masalah cowok, pacaran dan sejenisnya?” “Gak mau bahas tapi kamu nulis tentang itu juga,” “Bawel amat sih! Dah akh malas bahasnya, aku mau keluar dulu!” “Fa, aku akan cari tau kenapa kamu seperti ini” ujar Andre, “Kamu gak akan pernah bisa tau kenapa aku seperti ini,” teriak Shifa dari jauh, “Sampai kapan aku akan seperti ini?” batin Shifa “Akh udahlah aku gak mau mikirin cinta lagi, cinta itu terlalu menyakitkan bagiku, aku gak mau sakit hati lagi, cukup udah semuanya ini,”

“Fa, kamu harus berubah dong masa mau benci cowok terus, semua cowok gak sama,” Andre berusaha meyakinkan Shifa tentang cowok, “Ndre, bisa gak sich diam, sekarang kamu bisa bilang gitu untuk meyakinkan aku tapi sayang aku gak percaya tetap aja dimana-mana cowok itu sama, udah itu yang aku tau,” “Fa, jangan gitu dong!” “Apa peduli kamu Ndre?” “Karna aku sayang kamu Fa!” ups Shifa kaget setengah mati dengar ucapan Andre barusan, “Apa?” tanya Shifa, “Aku Sayang Kamu Fa, be my lady!” “Oh no kamu pasti salah ngomong kan?” “Aku serius dari tahun lalu aku udah jatuh cinta ama kamu hanya saja aku gak tau harus berbuat apa melihat sikap dingin kamu terhadap cinta Fa,” “Selama ini kan kita sering banget berantam,” “Itu bentuk PDKT kayaknya,” “Gila kamu, udah akh jangan becanda mending kamu cari cewek yang bisa mencintai kamu,” “Aku udah nemuinnya dan itu adalah kamu,” “Jangan gila napa?” “Aku serius!” “Udah akh aku malas ngebahasnya, mending kamu gak usah ngegombal, aku tau siapa kamu. Kamu kan dah punya cewek ngapain masih bilang sayang ama aku?” “Fa, aku serius kamu bawel banget sih dan susah dibilangin,” “Kalau emang aku susah dibilangin ya udah kamu menjauh aja dari aku, gampang kan,” “Akh… kamu itu emang susah yah dibilanginnya,” “Udah akh aku banyak kerjaan sekarang, aku mau keluar dulu,” “Tapi Fa aku belum selesai ngomong ama kamu,” “Entar aja kita bahas oke…”

Trauma akan cinta ternyata tetap mengikuti setiap langkah Shifa dan entah kapan akan berakhir. “Fa, kamu kok jadi benci banget ama yang namanya cinta. Kamu selalu mencomblangi teman tapi napa untuk mencomblangi diri sendiri kamu gak bisa?” tanya Sasa “Duh bisa gak sih kita gak ngomongin masalah cinta???” ribet banget kalau udah ngomongin yang namanya cinta pasti mantul mulu gak pernah nyangkut dikit pun di hati Shifa.



Bersambung........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar