Minggu, 23 Agustus 2009

KAU TETAP CINTAKU

“Kamu gak akan pernah bisa bahagia dengan aku Al,” Lara berusaha meyakinkan Aldo bahwa dia bukanlah yang terbaik “Gak Ra, aku cuma sayang kamu dan aku gak mau kehilangan kamu. Plizzz Ra!” mohon Aldo untuk kesekian kalinya. “Al, kamu gak akan pernah mendapatkan kebahagian itu dariku. Kamu akan menyesal Al, lebih baik kita berteman aja yah!” “Tapi

Ra….” “Gak ada tapi-tapian Al” potong Lara. “Biarkan aku mencintaimu Ra!” “Al, maafin aku, aku juga mencintai kamu tapi penyakitku yang menghalanginya. Aku gak mau kamu tambah sedih,” batin Lara.
Kini Lara yang ceria dan selalu tersenyum, terbaring tanpa daya dengan semua peralatan medis di tubuhnya. Tak ada lagi senyum bahkan candanya. “Ra, bangun dong. Jangan tinggalin aku begitu saja. Aku akan tetap sayang kamu walau dengan keadaan seperti ini,” ungkap Aldo. “Al, kamu yang kuat yah. Lara pasti sembuh. Kamu berdoa buat dia,” dr. Marthin berusaha menguatkan Aldo, “Dok, berapa lama lagi Lara bisa bertahan?” tanya Aldo “Saya tidak bisa memastikan Al,” jawab dr. Marthin. “Tuhan, aku mencintainya. Jangan ambil dia dariku Tuhan, aku ingin bahagiakan dia. Aku terima dia apa adanya Tuhan,” batin Aldo. Tiap hari Aldo tetap setia menemani Lara sampai Lara mau membuka matanya. “Al, terima kasih yah Nak kamu sudah mau menemani Lara. Kamu yang kuat yah!” ujar papa Lara “Iya Al, kamu benar-benar sayang sama Lara walau kini dia tidak berdaya?” tambah mama Lara “Oom, Tante, aku sayang Lara, aku gak mau kehilangan dia. Aku siap terima dia apa adanya” jawab Aldo “Tapi umur Lara gak panjang lagi Al,” “Apa pun yang terjadi aku siap Oom.”
Hampir dua minggu, Lara tak bangun-bangun dari tidurnya. Aldo hampir putus ada tapi dia berusaha tegar dengan kekuatan cinta yang dia miliki. “Al… Aldo….” Aldo terbangun saat dia mendengar suara yang tak asaing lagi di telinganya. “Ra, kamu udah sadar Sayang. Aku ada disini buat kamu,” “Al… Aldo… Aldo…” Lara tetap memanggil Aldo dalam tidurnya “Dok… Dokter… Lara sadar…” teriak Aldo “Ada apa Al?” “Lara manggil nama saya. Dok, tolong dia. Berikan yang terbaik Dok!” “Kamu tenang aja dan sekarang kamu tunggu di luar, saya akan periksa dia sekarang,” “Oh Tuhan lindungi Lara. Jangan ambil dia dariku! Aku begitu mencintainya Tuhan, dia belahan jiwaku” pinta Aldo.
Mungkin doa Aldo sedikit terjawab karena akhirnya Lara bangun dari tidurnya. “Al, kamu baik banget mau jagain aku selama ini. Mama dan papa dah cerita banyak tentang kamu, makasih yah Al,” “Ra, aku kan dah bilang aku akan tetap ada di sisi kamu dalam keadaan apa pun,” “Al, bawa aku keluar bentar dong, aku pengen nikmatin udara luar sebentar aja, please!!!” “Ok, aku akan bawa tapi atas persetujuan dokter. Aku tanya dulu yah Manis,” ucap Aldo. Setelah dapat persetujuan dari dokter, Aldo membawa Lara ke taman Rumah Sakit walau hanya sebentar. “Ra, tau gak, aku kangen banget dengan kebawelan kamu. Bukan cuma aku tapi juga yang lain, semua kehilangan kamu. Tapi kenapa kamu gak cerita semuanya padaku tentang penyakit kamu?” ujar Aldo, “Maafin aku Al, gak ada maksud apa-apa hanya saja aku gak mau lihat kamu sedih kalau sempat tau bahwa umurku gak panjang lagi. Aku sayang kamu dan aku gak mau orang yang kusayangi sedih,” jawab Lara “Ra, apa pun yang terjadi aku tetap sayang dan cinta kamu,” sebuah kecupan hangat mendarat di kening Lara saat itu juga, “Cieh… romantis banget sih. Jadi ngiri nih,” gak taunya teman-teman Lara dah melihat semua yang terjadi, “Hai!!!” sapa Lara tersipu, “Gak usah malu gitu dong Ra,” goda Ine “Iya nih, emang kamu tau malu biasanya juga tahan banting,” tambah Reihan disambut tawa dari semuanya. “ngomong-ngomong kapan nih makan-makannya?” “Makan-makan buat apa?” “Untuk rayain hari jadi kalian berdua pastinya,” “Yah ampun ada-ada aja sih, aku dan Aldo gak jadian kok, kami hanya teman aja sama seperti aku ama kalian,” “Iya nih, tapi kalau Lara mau jadi cewekku entar aku traktir deh. Ra, kamu mau jadi cewekku!” pinta Aldo, “Al, plizz jangan bilang itu lagi,” bisik Lara pada Aldo, “Ra, terima aja!” teman-teman Lara mulai gelisah nunggu jawaban Lara karna Lara susah jatuh cinta, “Ayo lah Ra! Masa mau jomblo terus sih?” Lara tak mampu menjawab dan hanya mampu tersenyum, senyum yang hanya dia yang tau artinya. Dia sudah cukup senang bisa dekat dengan Aldo di saat-saat akhirnya dan Aldo tetap dengan cintanya pada Lara.
Tapi kebahagian itu gak lama, hanya sejenak. Ketika Lara diperbolehkan pulang, Lara hanya menikmati sisa hidupnya hanya sementara. Seminggu setelah pulang dari Rumah Sakit, Aldo meminta Lara untuk mau jadi tunangannya, “Ra, kamu mau kan jadi tunanganku!” pinta Aldo, “Al, kamu tau kan umurku gak panjang. Kamu cari pendamping yang umurnya panjang aja. Banyak cewek yang mau ama kamu Al, jangan aku bukan bahagia tapi duka yang kan kamu alami kalau bersama dengan aku. Aku gak mau kamu sedih terus,” sedih dan sakit yang Lara rasakan saat kata-kata itu keluar hanya karna penyakit yang dideritanya. “Aku gak peduli Ra, aku sayang kamu bahkan cinta kamu. Kamu itu istimewa di hatiku Ra!” “Al, plizz banget…” “Ra, coba kamu taruh tangan kamu di dadaku!” pinta Aldo sembari menaruh tangan Lara di dadanya “Di hati paling dalam hanya ada kamu bukan yang lain. Hati ini hanya untuk kamu, kamu udah jadi maling dan virus cintaku!” hanya tetesan air mata Lara yang menjadi jawaban. “Ra, jangan nangis dong. Senyum yah!” “Al, andai kamu tahu bahwa aku juga sayang kamu,” batin Lara. “Ra, mau yah! Aku ingin menjadi seseorang yang berarti bagi kamu di sisa harimu dan satu hal yang aku percaya kamu juga memiliki pengharapan untuk hidup lebih lama lagi kan dan ingin menikmati hari-hari ini dengan orang yang kamu cintai” Akhirnya Lara setuju untuk bertunangan dengan Aldo, “Makasih sayang! Aku kan tetap mencintai kamu sampai kapan pun!” Aldo senang bukan main ketika jawaban ya yang diberikan Lara baginya. “Tuhan, aku ingin dia bahagia, jangan biarkan dia sedih saat aku akan pergi untuk selamanya nanti,” Lara rasanya gak sanggup jika dia harus pergi untuk selamanya, “Aku juga sayang kamu Al. semoga saja umurku panjang dan kita bisa menjalani hari ini dan seterusnya bersama-sama,” “Ra, aku begitu mencintaimu dan di hatiku sampai kapan pun hanya akan ada kamu bukan yang lain,”
Di malam pertunagan mereka, siapa sangka akan menjadi akhir kisah mereka untuk selamanya. “Sayang, kamu cantik malam ini. Mama senang kamu bisa tersenyum manis lagi seperti ini,” sebuah pelukan hangat bahkan terakhir yang diberikan Mama buat Lara, “Haduh… putri Papa memang cantik dan ayu sekali. Nak, kamu gak akan tinggalin kami semua kan?” tiba-tiba mata Lara sendu mendengar ucapan Papanya dan hanya senyuman yang entah apa artinya yang diberikan Lara bagi kedua orang tuanya. Di pelukan kedua orang tuanya hati Lara menangis, “Tuhan, hatiku bagai disayat sembilu dengan pelukan ini, aku masih ingin bersama dengan mereka Tuhan,” batin Lara “Lara, sayang Mama dan Papa!” “Kami juga Nak, kami gak mau kehilangan kamu Sayang!” kembali pelukan hangat diberikan oleh Mamanya, “Lara, ayo turun!” ajak Dea kakak Lara, “Iya Kak, nih juga Lara dah mau turun kok” “Wah kamu cantik banget Ra,” “Akh Kakak bisa aja, Kakak juga cantik kok!” “Anak-anak Mama dan Papa kan cantik-cantik” timpal Papa mereka dan saat itu juga mereka tertawa bersama walau sedih namun Lara mencoba untuk bahagia di depan keluarganya.
Menjadi putri di malam terkhirnya, Lara tampak anggun dengan balutan gaun birunya. “Haduh Tuan Putri yang satu ini cantik banget, pangling ngelihatnya,” decak kagum teman-temanya, “Akh kalian ini bisa aja deh,” “Ra, kamu cantik banget aku sampai gak kenal lagi,” tiba-tiba Aldo datang menghampiri Lara “Kamu bisa aja akh!” “Oke, para tamu undangan, kita akan mulai saja pertunangan antara Larasati dengan Aldo,” “Tuh dah mau mulai kita kesana yah!” Aldo menuntun Lara menuju tempat yang sudah disediakan bagi mereka “Ups, Tuan dan Nona kita dah menuju tempatnya, beri tepuk tangan dong!!!” diiringin tepuk tangan dari semuanya Aldo dengan gagahnya berjalan menuntun Lara namun sebelum sampai kesana Lara terjatuh tak berdaya di pelukan Aldo… “Lara……………..” “Suasana yang tadinya bahagia sekarang panik dengan keadaan Lara, “Lara!!! Bangun…..” isak tangis mulai terdengar, semua bingung dan takut terlebih takut kehilangan Lara. “Ra, jangan tinggalin Mama Nak,” “Ra, bangun jangan tinggalin kami Ra,”
Kini Lara telah pergi untuk selamanya, Lara kini hanya tinggal nama dan kenangan. Dia telah tidur untuk selamanya. Penyakitnya yang membawa dia ke alam sana, “Al, aku cinta kamu tapi maafin aku gak bisa bahagiakan kamu,” masih terngiang jelas di telinga Aldo kata-kata terakhir yang Lara ucapkan sebelum dia menghembuskan nafas terakhir, “Ra, kamu pasti sembuh bertahan yah Sayang!” pinta Aldo dan saat itu juga Lara pergi untuk selamanya. “Ra, sampa kapan pun gak akan ada yang bisa gantiin kamu di hatiku, kamu akan tetap di hatiku Ra.” Di pemakaman Aldo gak bisa berkata apa-apa hanya butiran bening yang mengalir deras dari matanya tanpa henti. “Al, kamu yang kuat yah Nak, Lara akan sedih juga disana kalau kamu sedih,” orang tua Lara mencoba menguatkan Aldo walau mereka juga sulit menerima apa yang telah terjadi “Iya Oom, Tan, Aldo akan berusaha tegar!” jawabnya “Dia udah senang disana, Oom dan Tante juga gak bisa terima tapi apa mau dikata kalau sudah jadi kehendak Tuhan,” “Iya Al, kamu jangan sedih yah Dek, Kakak yakin kamu pasti kuat menghadapi ini semua,” Aldo tak mampu menjawab apa pun, hatinya masih pilu menerima semua yang telah terjadi ini. Hampa dan merasa tak berguna tanpa seorang Lara di dekatnya.
Kini tak ada lagi senyum manis dan kegokilan Lara yang mengiringi setiap langkah Aldo, Lara terlalu cepat pergi saat Aldo ingin menjadikannya yang terakhir dalam hidupnya. “Ra, cinta ini akan tetap milikmu Sayang,” ungkap Aldo “Selamat Jalan Cinta, cintamu kan tetap terukir indah di hatiku dan tak akan ada seorang pun yang mampu menghapusnya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar